Saturday, April 11, 2020

D+D=R&R


D+D = R&R
Bambang Udoyono


Barangkali anda membatin apa arti judul di atas.  Mungkin anda membatin kok ada miripnya dengan merek busana papan atas.  Atau mungkin anda mengira itu adalah sebuah persamaan.  Tepat sekali kalau anda menganggapnya sebagai sebuah persamaan.
Judul itu memang mirip dengan persamaan matematika yang diterapkan di berbagai bidang.  Salah satunya di bidang parenting ini.  Bagaimana mungkin?  Apa hubungannya dengan parenting?  Mari kita simak.
Persamaan di atas bisa diuraikan demikian:
Dedication + discipline = reward and recognition.
Dedication atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pengabdian, adalah komitmen total pada sesuatu hal yang dikerjakannya.  Jadi kalau seorang siswa atau mahasiswa artinya dia harus sangat serius, sangat total dalam belajar.  Buat orang yang sudah bekerja artinya bekerja dengan sebaik baiknya, memberikan upaya terbaiknya untuk pekerjaannya.   
Discipline sudah terserap dalam bahasa Indonesia menjadi disiplin, (bukan diselipin) artinya mematuhi tata tertib.  Kalau pelajar / mahasiswa ya harus rajin belajar setiap hari di sekolah dan di rumah.  Karyawan ya harus bekerja sesuai aturan waktu, tata cara dsb.
Reward dalam bahasa Indonesia artinya ganjaran atau hadiah atas apa yang sudah diupayakan.  Jadi kalau orang sudah bekerja dengan sangat disiplin dan memiliki dedikasi yang tinggi maka dia akan menerima rewardnya, atau hadiahnya.  Seorang pelajar / mahasiswa yang sudah melakukan D+D akan mendapat nilai tinggi dan mendapat ilmu selain ijazah.  Seorang karyawan akan mendapatkan penghasilan berupa uang dsb.
Recognition  artinya pengakuan.  Selain itu, hasil dari D+D adalah masyarakat akan mengakui keunggulan kita.  Lagipula ajaibnya, pengakuan masyarakat itu akan diberikan kepada seorang siswa / mahasiswa tanpa melihat rapot, nilai atau ijazahnya.  Jarang sekali kan kita memamerkan nilai di sekolah apalagi rapot dan ijazah.  Namun masyarakat mengakui bahwa kita memiliki keunggulan dalam satu bidang ilmu tertentu, atau ketrampilan tertentu.    Pengakuan ini dimulai dari lingkungan terdekat. Di kelas misalnya, pasti semua murid sudah paham kepada siapa bertanya tentang bahasa Inggris dan kepada siapa harus bertanya soal matematika.  Artinya dalam waktu singkat, beberapa minggu saja, pasti semua anak memberikan pengakuan kepada yang terunggul di bidang tertentu.  Dari lingkungan terdekat pengakuan itu menyebar ke masyarakat dari mulut ke mulut.
Demikian juga untuk karyawan.  Sejak awal sebenarnya semuanya saling memantau kinerja.  Bersama berjalannya waktu akan terlihat siapa yang paling maksimal memberikan D+D.  Setelah terlihat oleh teman dan atasan maka akan jelas siapa yang layak naik ke jenjang kepeminpinan. Namun jangan kaget jika nanti ada pihak yang merasa akan kalah lalu melakukan upaya mencegah. Bukan untuk kepentingan umum tapi untuk memenuhi ambisinya sendiri.  Tapi ini kita bahas lain kali saja.  Mari kita fokus ke topik utama.
Jadi secara umum bisa terlihat polanya.  Siapa saja yang memberikan dedikasi dan disiplin terbaik maka dia akan menerima reward dan pengakuan terbaik juga.  Pertanyaan berikutnya, apa hubungannya dengan parenting?  
Nah setelah pola itu dipahami, menjadi jelas bahwa tugas orang tua adalah membantu anak anaknya melakukan D+D secara maksimal. Orang tua harus menanamkan disiplin kepada anak anaknya.  Satu hal penting yang harus dipahami oleh orang tua adalah, ada dua macam disiplin yaitu disiplin intriksik dan disiplin ekstrinsik.  Apalagi itu?  Keduanya sudah saya jelaskan di dalam buku saya yang berjudul “Membangun keluarga bahagia dengan iman, cinta dan wacana”.  Di sana dipaparkan kiat membangun disiplin untuk anak anak tanpa menimbulkan efek samping yang buruk.
Orang tua harus memantau perkembangan anak anaknya dalam melaksanakan D+D ini agar selalu baik.  Setelah hal itu dicapai, maka orang tua tidak usah kuatir lagi karena bisa dipastikan anak anaknya akan mendapatkan R & R yang setara.  Apabila D+D sudah maksimal maka pasti anak anaknya akan mendapat R&R yang maksimal juga.  Selain nilainya akan bagus, ilmunya juga akan bagus. Mereka akan mendapat sekolah yang bagus dan insya Allah pekerjaan yang bagus juga.
Saya perlu menegaskan hal ini karena saya lihat orang tua Indonesia melakukan kesalahan.  Di mana kesalahannya? Bukankah ini hal sederhana saja? Apa susahnya?
Mereka mungkin memang sudah lama paham tapi sayang kebanyakan orang terbalik dalam menerapkannya.  Mereka salah fokus.  Salah fokus bagaimana?  Mereka memfokuskan pada R+R.  Mereka menuntut anak anaknya mendapatkan nilai tinggi dan peringkat tinggi saja.  Akibatnya banyak orang memiliki gelar sarjana, tapi tidak menguasai ilmunya. Banyak orang berjuang mencari hasil tanpa mementingkan prosesnya. Dalam bahasa Jawa ada peribahasa ‘Gelem nangkane ora gelem pulute”. Artinya mau nangkanya tapi tidak mau getahnya.  Mau enaknya  tapi tidak mau bersusah payah berjuang.
Sedangkan ilmu hanya bisa dikuasai dengan belajar keras.    Tidak bisa didapatkan dengan santai santai saja. Tidak bisa juga dengan membeli nilai. Tidak bisa dengan menyuap.  Demikian juga pekerjaan, kedudukan, dan jabatan. 
Kalau D+D sudah kita terapkan bersama anak anak kita maka insya Allah kita tidak akan melewati jalur yang salah.  Kita tidak usah menyuap, menyogok dsb.
Jadi mari kita pastikan anak anak kita memiliki D+D yang maksimal,  agar mendapat R&R yang maksimal juga.
Lain kali kita sambung lagi dengan bahasan yang beda lagi.