D+D =
R&R
Bambang Udoyono
Barangkali anda membatin apa arti judul di atas. Mungkin anda membatin kok ada miripnya dengan
merek busana papan atas. Atau mungkin anda
mengira itu adalah sebuah persamaan. Tepat
sekali kalau anda menganggapnya sebagai sebuah persamaan.
Judul itu memang mirip dengan persamaan matematika yang
diterapkan di berbagai bidang. Salah satunya
di bidang parenting ini. Bagaimana mungkin? Apa hubungannya dengan parenting? Mari kita simak.
Persamaan di atas bisa diuraikan demikian:
Dedication
+ discipline = reward and recognition.
Dedication atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
pengabdian, adalah komitmen total pada sesuatu hal yang dikerjakannya. Jadi kalau seorang siswa atau mahasiswa artinya
dia harus sangat serius, sangat total dalam belajar. Buat orang yang sudah bekerja artinya bekerja
dengan sebaik baiknya, memberikan upaya terbaiknya untuk pekerjaannya.
Discipline sudah terserap dalam bahasa Indonesia menjadi
disiplin, (bukan diselipin) artinya mematuhi tata tertib. Kalau pelajar / mahasiswa ya harus rajin
belajar setiap hari di sekolah dan di rumah.
Karyawan ya harus bekerja sesuai aturan waktu, tata cara dsb.
Reward dalam bahasa Indonesia artinya ganjaran atau hadiah
atas apa yang sudah diupayakan. Jadi kalau
orang sudah bekerja dengan sangat disiplin dan memiliki dedikasi yang tinggi
maka dia akan menerima rewardnya,
atau hadiahnya. Seorang pelajar /
mahasiswa yang sudah melakukan D+D akan mendapat nilai tinggi dan mendapat ilmu
selain ijazah. Seorang karyawan akan
mendapatkan penghasilan berupa uang dsb.
Recognition
artinya pengakuan.
Selain itu, hasil dari D+D adalah masyarakat akan mengakui keunggulan
kita. Lagipula ajaibnya, pengakuan masyarakat
itu akan diberikan kepada seorang siswa / mahasiswa tanpa melihat rapot, nilai
atau ijazahnya. Jarang sekali kan kita
memamerkan nilai di sekolah apalagi rapot dan ijazah. Namun masyarakat mengakui bahwa kita memiliki
keunggulan dalam satu bidang ilmu tertentu, atau ketrampilan tertentu. Pengakuan ini dimulai dari lingkungan terdekat.
Di kelas misalnya, pasti semua murid sudah paham kepada siapa bertanya tentang
bahasa Inggris dan kepada siapa harus bertanya soal matematika. Artinya dalam waktu singkat, beberapa minggu
saja, pasti semua anak memberikan pengakuan kepada yang terunggul di bidang
tertentu. Dari lingkungan terdekat
pengakuan itu menyebar ke masyarakat dari mulut ke mulut.
Demikian juga untuk karyawan. Sejak awal sebenarnya semuanya saling
memantau kinerja. Bersama berjalannya
waktu akan terlihat siapa yang paling maksimal memberikan D+D. Setelah terlihat oleh teman dan atasan maka
akan jelas siapa yang layak naik ke jenjang kepeminpinan. Namun jangan kaget
jika nanti ada pihak yang merasa akan kalah lalu melakukan upaya mencegah. Bukan
untuk kepentingan umum tapi untuk memenuhi ambisinya sendiri. Tapi ini kita bahas lain kali saja. Mari kita fokus ke topik utama.
Jadi secara umum bisa terlihat polanya. Siapa saja yang memberikan dedikasi dan disiplin
terbaik maka dia akan menerima reward dan pengakuan terbaik juga. Pertanyaan berikutnya, apa hubungannya dengan
parenting?
Nah setelah pola itu dipahami, menjadi jelas bahwa
tugas orang tua adalah membantu anak anaknya melakukan D+D secara maksimal. Orang
tua harus menanamkan disiplin kepada anak anaknya. Satu hal penting yang harus dipahami oleh
orang tua adalah, ada dua macam disiplin yaitu disiplin intriksik dan disiplin
ekstrinsik. Apalagi itu? Keduanya sudah saya jelaskan di dalam buku
saya yang berjudul “Membangun keluarga bahagia dengan iman, cinta dan wacana”. Di sana dipaparkan kiat membangun disiplin
untuk anak anak tanpa menimbulkan efek samping yang buruk.
Orang tua harus memantau perkembangan anak anaknya
dalam melaksanakan D+D ini agar selalu baik.
Setelah hal itu dicapai, maka orang tua tidak usah kuatir lagi karena
bisa dipastikan anak anaknya akan mendapatkan R & R yang setara. Apabila D+D sudah maksimal maka pasti anak
anaknya akan mendapat R&R yang maksimal juga. Selain nilainya akan bagus, ilmunya juga akan
bagus. Mereka akan mendapat sekolah yang bagus dan insya Allah pekerjaan yang
bagus juga.
Saya perlu menegaskan hal ini karena saya lihat orang
tua Indonesia melakukan kesalahan. Di mana
kesalahannya? Bukankah ini hal sederhana saja? Apa susahnya?
Mereka mungkin memang sudah lama paham tapi sayang
kebanyakan orang terbalik dalam menerapkannya.
Mereka salah fokus. Salah fokus
bagaimana? Mereka memfokuskan pada
R+R. Mereka menuntut anak anaknya mendapatkan
nilai tinggi dan peringkat tinggi saja. Akibatnya
banyak orang memiliki gelar sarjana, tapi tidak menguasai ilmunya. Banyak orang
berjuang mencari hasil tanpa mementingkan prosesnya. Dalam bahasa Jawa ada
peribahasa ‘Gelem nangkane ora gelem
pulute”. Artinya mau nangkanya tapi tidak mau getahnya. Mau enaknya tapi tidak mau bersusah payah berjuang.
Sedangkan ilmu hanya bisa dikuasai dengan belajar
keras. Tidak bisa didapatkan dengan santai santai
saja. Tidak bisa juga dengan membeli nilai. Tidak bisa dengan menyuap. Demikian juga pekerjaan, kedudukan, dan jabatan.
Kalau D+D sudah kita terapkan bersama anak anak kita
maka insya Allah kita tidak akan melewati jalur yang salah. Kita tidak usah menyuap, menyogok dsb.
Jadi mari kita pastikan anak anak kita memiliki D+D
yang maksimal, agar mendapat R&R
yang maksimal juga.
Lain kali kita sambung lagi dengan bahasan yang beda
lagi.