Seperti senjata, bahasa memiliki kekuatan. Bedanya
kekuatan bahasa adalah kekuatan yang halus, bukan kekuatan kasar seperti
senjata api atau senjata tajam. Meskipun
halus, kekuatan bahasa sangat dahsyat, bahkan mungkin jauh lebih dahsyat
daripada kekuatan senjata fisik.
Dalam bahasa Inggris ada proverb yang bunyinya “The tongue wounds more than a lance”. Artinya lidah mampu melukai lebih parah
daripada tombak. Maksudnya kata kata
yang pedas dan tajam bisa melukai hati orang.
Sakit hati itu bisa bertahan jauh lebih lama daripada luka fisik. Itulah gambaran pemakaian bahasa yang tidak
baik. Orang bisa merusak suasana hati,
menyakiti hati orang lain dengan bahasa baik lisan maupun tulisan.
Bahasa juga bisa dipakai untuk mengadu domba orang
lain, baik individu maupun kelompok masyarakat.
Kita lihat sendiri masyarakat yang terbelah dua gara gara sebagian orang
memakai kata kata yang tidak patut sehingga menyulut pertengkaran.
Orang yang bijaksana memakai bahasa dengan baik untuk
mencerahkan, menyemangati, mendidik, menunjukkan jalan yang benar, dan segala
macam perbuatan baik. Hasilnya juga
insya Allah baik. Lihatlah hasil
pendidikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Anak cucu mereka berhasil mendapatkan pendidikan
bagus dan bekerja di bidang yang memberi manfaat buat sesama. Peran orang tua dan guru itu bisa berhasil karena
memakai bahasa yang baik. Tutur kata mereka baik. ajaran mereka baik sehingga anak didiknya
tumbuh maksimal dalam kebaikan.
Jadi bahasa di tangan orang yang baik dan bijaksana akan
memberi manfaat untuk masyarakat dan untuk dirinya sendiri dan
keluarganya. Sebaliknya di tangan orang
yang tidak memiliki moralitas yang luhur maka bahasa akan destruktif. Mereka akan menyakiti hati, menyulut
pertengkaran, saling curiga dsb.
Pemakaiannya sudah jelas ada dua cara. Lisan dan tulisan anda menunjukkan jati diri
anda. Cepat atau lambat dampak itu akan kembali kepada anda. Kebaikan akan kembali kepada anda. Demikian juga keburukan. Pilihannya terserah anda.