Monday, October 1, 2018

Obrolan Sabtu malam Minggu


Obrolan Sabtu Malam Minggu
Atas inisiatif beberapa orang terselenggaralah obrolan Sabtu malam minggu pada tanggal 29 September kemarin di Kopi Kong Djie di jalan Biak. Inilah catatan kecil saya tentang obrolan tersebut.
Acara ini dihadiri oleh senior kita pak Erwan, saya (Bambang Udoyono), pak Hanibal, pak Bembeng J, Danang, Ira, Risma, seorang teman Ira, dan tentu saja tuan rumah Tantri. 
Kesan saya tentang tempat itu (Kopi Kong Djie) lumayan enak suasananya.  Di bagian depan ada ruang terbuka buat para perokok. Lantas di bagian dalam ada ruangan yang cukup luas dan nyaman buat ngobrol bersama banyak orang.
Saya sendiri datang agak terlambat (Maaf lahir batin).  Meskipun demikian kelancaran acara tidak terganggu karena waktu kami masih longgar.
Setelah  ngobrol ngalor ngidul mulailah kami agak serius, tapi tetap dengan suasan santai.  Pak Bembeng J membuka obrolan lalu mengarahkan obrolan ke materi pokok yaitu membahas buku saya yang berjudul ‘Sukses menjadi pramuwisata profesional’  yang lumayan luas beredar di kalangan pariwisata sehingga sering dijadikan rujukan dalam karya tulis mahasiswa pariwisata. (Saya sering mendapat kabar tentang orang yang menulis skripsi dan menggunakan buku saya sebagai referensinya).  Pak Bembeng lantas memberi saya kesempatan untuk memaparkan isi buku ini.
Dalam waktu kurang lebih duapuluh menit saya paparkan inti pokok buku saya ini.  Pertama saya sampaikan bahwa konsep buku itu adalah serius tapi santai.  Jadi saya tidak ingin memaparkan definisi tentang pramuwisata dan tugasnya dengan bahasa yang lugas dan garing.  Saya ingin menyampaikan hal yang serius tapi dengan bahasa yang enak dan gampang dipahami.  Belakangan saya tahu dari reaksi pembaca bahwa ada yang menganggap buku saya ringan tapi ada juga yang merasa berat.  
Untuk memudahkan definisi pramuwisata saya memakai gambaran berikut.  Ketika memandu di candi Borobudur, terutama ketika turun dari candi, saya sering berpapasan dengan rombongan wisatawan Indonesia yang ngedumel.  Mereka complain di sana yang mereka lihat cuma batu dan sekumpulan orang dalam cuaca panas.  Sedangkan para tamu saya selalu merasa puas. Mereka selalu bilang ‘impressionant’  atau ‘very impressive’ untuk melukiskan kepuasan mereka.  Perbedaan itu adalah karena wisatawan Indonesia tidak memakai jasa pramuwisata dan wisman memakai.  Pramuwisatalah yang mengatur jam keberangkatan tour sehingga ketika tiba di tempat wisata para wisatawan tidak kepanaan karena masih pagi atau sudah sore.  Kemudian pramuwisata yang menghidupkan tumpukan batu kuno tersebut dengan cerita sejarah, gaya arsitektur, filosofi dsb.   Di sisi lain wisnu yang tanpa mamakai jasa pramuwisata berangkatnya saja ngaret.  Dari Jogja misalnya, mereka berangkat jam 9.00 pagi dan tiba di Borobudur jam 10. 30. Ketika mereka di sana antara jam 11-12 siang pasti sedang ada di puncak panasnya.  Akibatnya alih alih menikmati wisata mereka justru kepanasan.  Maka mereka ngedumel.  Jadi itulah gambara seorang pramuwisata secara singkat. Yaitu seseorang yang membuat perjalanan wisata aman, nyaman, lancar, enak.
Kemudian di buku itu saya papakan contoh memandu di Jateng, Jatim dan Bali dan juga saya paparkan kiat mengantisipasi masalah. Sedikit saya singgung juga pengembangan diri pramuwisata.  Boleh saja seumur hidup jadi pramuwisata. Meskipun demikian jangan lewatkan peluang lain yang ditawarkan dalam kehidupan.  Dengan kata lain pramuwisata bisa dijadikan batu loncatan untuk menggapai sasaran lain.  Saat ini pramuwisata bisa juga menjadi pengajar, asesor, penulis, wiraswastawan di bidang pariwisata, transportasi, dll. 
Singkatnya buku ini lumayan komprehensif membahas berbagai aspek pramuwisata.  Karena itu waktu terasa cepat berlalu sebelum tuntas dibedah semuanya.  Jadi buku ini masih relevan untuk pramuwisata muda terutama.  Meskipun demikian gagasan saya dama  guiding sebenarnya sudah berevolusi. Dari bacaan, obrolan dengan teman seprofesi dan pengalaman memandu saya menyadari bahwa story telling lah yang membuat kesan paling kuat bagi wisman.
Kenapa story telling paling kuat?  Karena ia menyentuh emosi pendengarnya dan bukan cuma menyentuh logikanya.  Kesan yang ditangkap oleh emosi lebih kuat tertancap di hati daripada yang didapat oleh logika.  Data dan fakta akan segera dilupakan.  Misalnya kita katakan di Borobudur ada 505 atau 504 patung Buda.  Lima menit setelah mendengar mereka akan lupa lagi karena tidak relevan tidak penting buat mereka.   Bagaimana membuat story telling yang menarik?  Barangkali next time bisa kita bahas lagi.  Dulu pernah ada guide Malaysia paparkan cara story telling tapi dalam pandangan saya dia tidak mengajarkan teknisnya, dia hanya utarakan normatifnya saja.
Ada dua contoh yang saya paparkan kemarin.  Keduanya selalu berhasil menarik perhatian para tamu ketika saya terapkan kepada mereka dalam perjalanan overland.  Cerita pertama tentang perang dunia kedua di Jateng.  Ini adalah pengalaman almarhum bapak saya.   Dulu ketika bapak saya masih muda dan belum menikah beliau sempat berfoto dengan keluarganya di sebuah gerai foto di Pecinan Magelang. Namanya Matahari.  Fotografernya orang Jepang yang kata bapak saya sangat sopan dan bisa ngomong bahasa Melayu. Foto keluarga itu masih ada sampai sekarang di Magelang. Di jamannya foto hitam putih itu sangat bagus sehingga dia mendapat banyak langganan.  Ketika tentara Japang datang di Magelang semua orang terkejut karena dia ternyata seorang kapten AD Jepang.   Ternyata dia adalah seorang mata mata Jepang yang menyamar jadi fotografer untuk mencari data intelejen.  Jadi ketika tentara Jepang datang mereka sudah mengenali dengan baik kota tersebut dengan data dari si fotografer. 
Cerita kedua tentang alas Gumitir di Jatim.  Dulu pernah suatu malam ada bus melintasi hutan perawan di Gumitir.  Di tengah hutan yang gelap gulita mendadak si sopir mengerem busnya sehingga mengejutkan semua penumpang.  Ketka ditanya di sopir menunjuk ke depan bus.  Di sana tampak seorang bayi yang tengah merangkak di tegah jalan.  Kemudian seorang penumpang turun dan berupaya menggendong si bayi. Suasana menjadi tegang.  Beberapa penumpang memberi peringatan agar hati hati karena siapa tahu itu bukan bayi manusia.  Tapi orang itu berani. Dia baca doa lantas si bayi diagkatnya. Ternyata dia bayi manusia.  Mereka lalu berunding dan memutuskan akan menyerahkan si bayi di kantor polisi terdekat.  Singkat cerita, polisi menerima dan kembali ke tkp.  Di sana ditemukan ibu si bayi dala keadaan luka terkapar di tepi jalan.  Itu adalah upaya pembunuhan.  Untunglah keduanya masih dilindungi Allah. 
Kedua cerita itu selalu berhasil mendapatkan perhatian para wisman sehingga menyebabkan obrolan jadi gayeng. Dan masih banyak lagi cerita lain yang bisa dikembangkan.
Dalam pengalaman saya cerita begini lebih menarik daripada cerita tentang data dan fakta.  Ketika akan melewati perkebunan misalnya, dulu saya cerita fakta bahwa ini dulu perkebunan milik Belanda. Setelah merdeka diambil alih oleh pemerintah dan ada yang dijual ke swasta dsb.  Tapi kalau dalam perjalanan itu kita melewati banyak perkebunan maka kedua dan ketiga kalinya sebelum kita omong tamu pasti sudah bisa menduga guidenya pasti akan mengullangi cerita yang sama.
Setelah itu Bembeng J menanyakan kepada semua apa yang dimaksud dengan guide yang sukses.  Kami memiliki beberapa pandangan yang saling melengkapi. 
Pak Erwan memaparkan tinjauannya dari sisi standard kompetensi.  Ira juga memaparkan opini dan juga pertanyaan yang menggelitik.  Risma juga punya pandangan bahwa pramuwisata sukses adalah yang mampu mememuhi keinginan wisman.  Pertanyaan saya bagaimana kalau keinginannya aneh aneh?
Rasanya sabtu sore dan malam minggu kemarin terlalu singkat. Masih banyak hal yang bisa kita obrolkan.  Banyak hal yang bisa kita pertukarkan.  Jadi alangkah baiknya kita agendakan pertemuan rutin semacam ini untuk memperkaya wawasan, menambah ilmu dll. Pertemua mendatang saya usulkan membahas tentang vlog dengan narsum Danang dan boleh juga yang lain.  Lain kali mungkin tentang menulis. Karena menulis blog, artikel dsb sangat bermanfaat, meskipun kita tidak bercita cita jadi penulis. 
Sekian dulu catatan saya. Sila yang lain kemukakan catatannya masing masing.

No comments:

Post a Comment