Sebenarnya saya punya
keyakinan karya seni rupa itu tidak membutuhkan kata kata untuk
menjelaskannya. Karya itu mengungkapkan
sebuah pesan juga sejatinya, tapi ungkapannya adalah dengan komposisi warna,
bentuk dsb yang akan berinteraksi dengan publik. Hasil interaksi itu bisa berebda beda
tergantung latar belakang masing masing.
Jadi pesannya bisa ditafsirkan bermacam macam. Nah kalau foto atau gambar yang difoto lalu
dijadikan cover buku sejatinya sama saja.
Penulis ingin menyampaikan pesan tertentu. Jadi cover itu untuk memperkuat pesan yang
tertulis di buku. Tapi seperti saya
sampaikan tadi misalnya pesan saya adalah A bisa saja ditafsirkan sebagai B, C,
D dan sebagainya. Itu sah sah saja.
Meskipun demikian saya
tergelitik juga dengan komentar tentang cover buku saya yang berjudul “Panji
Jayeng Sabrang”. Bukan karena seseorang
mengomentari negatif tapi dia ingin tahu kenapa gambarnya gunung sedangkan
isinya tentang kisah cinta dan konflik politik dan konflik militer. Bukankah foto tersebut lebih cocok untuk
cover buku pelajaran tentang gunung api, katanya. Awalnya saya tidak berminat menjawab karena
alasan di atas. Orang mau menafsirkan
apa saja silahkan. Itulah hasil
interaksi dia dengan karya tersebut.
Tapi karena dia ingin tahu apa maksud saya, baiklah saya ungkapkan saja
maksud saya memakai cover tersebut.
Cover buku itu adalah foto
Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di Jawa tengah yang diambil dari puncak Candi
Borobudur di pagi hari menjelang fajar.
Saya sendiri yang memotretnya ketika sedang guiding di sana. Gunung Merapi nampak sedang mengepulkan asap
dari puncaknya. Sinar matahari masih
samar samar sehingga masih agak gelap.
Jadi warnanya suram, gelap tapi sudah ada sinar sedikit dan nampak
bayangan dua gunung dan asapnya. Suasana
suram ini mewakili suasana politik yang saya gambarkan di dalam buku. Jadi ada konflik politik dan konflik militer
lantaran persaingan mendapatkan Candra
Kirana. Merapi berasap menggambarkan
panasnya persaingan mendapatkan istri yang lantas berkembang jadi konflik
militer. Karena itu nasib negri itu
suram seperti di pagi itu namun menjelang fajar. Artinya sebentar lagi terang akan
datang. Itulah metafora dari cover buku
tersebut. Jadi cover itu sangat tepat
menggambarkan substansi buku tersebut.
Buku ini sudah terbit dan
sudah tersedia di berbagai toko buku online sehingga bisa dibeli di mana saja
di seluruh dunia asal ada jaringan internet.
Toko buku online yang menjual antara lain Tolino, Kobo, Scribd, Apple
iTunes, Playster, dan sebentar lagi juga Baker &Taylor, Overdrive, Biblioteca, 24 Symbols, dll.
Berikut ini linknya :
https://www.kobo.com/ww/en/ebook/panji-jayeng-sabrang
https://itunes.apple.com/us/book/id1454809708
https://play.playster.com/books/10009781386250654/panji-jayeng-sabrang-bambang-udoyono
https://www.scribd.com/book/400814774/Panji-Jayeng-Sabrang
No comments:
Post a Comment