Keduanya berasal dari bahasa Jepang. Kata
adalah rangkaian gerak dasar dalam olah raga Karaté. Seorang guru besar karaté pernah mengatakan bahwa kata is the grammar of Karaté. Maksudnya kata
adalah idealnya gerakan karaté. Dalam olah raga karaté gerakan dasar -
pukulan, tangkisan, tendangan, sapuan, dirangkaikan menjadi kata yang dimainkan secara individual
maupun beregu. Fokusnya adalah pada
kerapihan teknik. Ada pakem
tentang teknik. Bagaimana menendang,
memukul dll ada tata caranya yang rinci.
Dalam kejuaraan karaté,
nomor kata juga dilombakan. Maka juara kata memiliki gerakan yang sangat rapi. Teknik dasarnya sangat
unggul - cepat, kuat, indah. Apalagi
ketika dimainkan dalam regu, biasanya tiga orang, nomor kata sangat memukau sehingga seringkali mendapat tepuk tangan
meriah dari penonton.
Kumité adalah pertarungan.
Awalnya tidak ada klasifikasi berdasar berat badan, tapi sekarang sudah
ada. Ada aliran yang menganut ’full contact’, sehingga pukulan dan
tendangan bisa mengakibatkan knock out,
dan ada aliran yang melarang full contact untuk melindungi karatéka dari cedera.
Hampir tidak ada orang yang mampu menadi juara kumité
dan sekaligus kata. Biasanya juara kata kalau ikut dalam kumité
tidak akan menjadi juara meskipun tekniknya unggul. Sebaliknya juara kumité tidak memiliki teknik serapi juara kata.
Dalam dunia literasi ada kemiripan. Sebagian penulis ibarat pemain kata dan sebagian lain seperti pemain kumité.
Para penulis buku perguruan tinggi mirip pemain kata. Mereka harus mentaati
setiap rincian aturan teknis. Para
penulis buku umum dan novelis mirip dengan pemain kumité. Aturan teknisnya
lebih longgar.
Agaknya memang sudah sifat manusia untuk membanggakan
dirinya atau profesinya atau karyanya.
Pemain kata merasa dirinyalah
yang seharusnya patut dibanggakan.
Demikian juga pendapat pemain kumité. Semuanya punya alasan.
Konon salah satu kriteria buku bagus adalah memiliki
daya gugah. Tidak ada yang salah dengan
kriteria ini. Hanya saja kita kesulitan
menemukan tolok ukurnya. Buku jenis
apa, atau lebih spesifik lagi, judul apa buku di Indonesia yang paling tinggi
daya gugahnya? Bagaimana mengukurnya? Apakah buku terlaris identik dengan memiliki
daya gugah terkuat? Walahualam.
Kalau menengok dunia politik, pernah ada buku yang
menyebabkan pergerakan politik di Amerika Serikat. Tepatnya buku berjudul “Uncle Tom’s cabin”. Ini
bukan karya ilmiah, tapi karya fiksi, yang tentu saja berdasarkan fakta juga. Konon karya Kartini yang berjudul “Habis
gelap terbitlah terang” juga menjadi pemicu gerakan kesetaraan jenis kelamin di
Indonesia. Ini juga bukan karya
ilmiah. Ini adalah kumpulan surat antara
Kartini dengan seorang Belanda. Sebagian
orang mungkin susah melihat hubungan antara buku kumpulan surat dengan gerakan
kesetaraan jenis kelamin.
Dulu di jaman Orba ada larangan terhadap karya
Pramudya Ananta Toer. Barangkali didasari kekhawatiran akan penyebaran ideologi
komunisme. Ternyata sekarang setelah bebas dibaca, para pembacanya tidak lantas
menjadi komunis. Jadi kecurigaan itu
ternyata melèsèt.
Buku memang bisa memotivasi orang untuk berbuat
sesuatu. Meskipun demikian mengukur
dampak sosialnya terbukti sulit. Mungkin
sudah ada teori atau metoda ilmiah untuk mengukurnya, tapi belum terbukti
kehandalannya.
Buku juga bisa mencerahkan, tapi lagi lagi ukurannya sangat samar. Apalagi kalau diterapkan ke dalam
masyarakat. Setelah judul tertentu terjual
sekian ribu lantas bagaimana pengaruhnya kepada masyarakat. Bagaimana
mengukurnya masih kurang jelas. Mungkin hanya
pengalaman pribadi yang bisa menjelaskan pencerahan yang didapat. Sesudah saya membaca judul tertentu saya jadi
paham, atau menguasai, atau mampu melakukan sesuatu ketrampilan tertentu. Buku ajar, atau modul atau apalah
namanya. Mereka memang memiliki lesson objective. Lantas ada paparan, ada juga latihan lalu
ada asessment. Tapi seberapa jauh diserap pembaca ? bagaimana mengukurnya? Sedangkan metoda penilaian tidak mutlak
akurasinya.
Ambil contoh di bidang bahasa asing. ETS sendiri selalu memutakhirkan perangkat
ujinya. Awalnya mereka memiliki paper based test lalu berkembang menjadi
computer based test dan sekarang
menjadi internet based test atau yang
lazim disebut TOEFL IBT. Mengukur kemampuan orang dalam sebuah bidang
saja ternyata sangat rumit. Apalagi di
banyak bidang. Apalagi dampak sosialnya untuk
masyarakat. Judul apa yang paling
mempengaruhi kemajuan ekonomi dan politik yang sudah dicapai masyarakat
Indonesia saat ini? Jawaban terbaik
adalah tidak tahu.
Jadi buku jenis apa, apakah buku ilmiah, buku ajar,
atau buku umum, referensi, atau novel yang paling berpengaruh, sangat susah
diketahui karena banyak sekali faktor yang berpengaruh.
Apakah anda seorang pemain kata atau pemain kumité,
agaknya memang memiliki kelebihan dan
kelemahan masing masing. Membandingkan keduanya sama susahnya dengan
membandingkan antara musik dangdut dengan musik jazz. Hanya perdebatan tiada ujung yang terjadi.
Di dunia pariwisata mirip juga kejadiannya. Di sana ada tour leader dan pramuwisata yang mirip seperti pemain kata dan kumité. Mana yang lebih baik, jadi perdebatan abadi.
Bagaimana gagasan
anda?