Wednesday, February 6, 2019

Banjaran Sengkuni




Nama Sengkuni menjadi terkenal lagi akhir akhir ini lantaran beberapa kejadian terkini di jagad politik Indonesia.  Siapakah sebenarnya Sengkuni?  Berikut ini lakon Banjaran (biografi) Sengkuni dalam versi Jowo yang sudah agak berbeda dengan versi India.  Selama ini banyak penulis dan dalang yang menciptakan sendiri versinya.  Sila simak.
Di masa mudanya namanya adalah Haryo Suman alias Raden Trigantalpati.  Dia anak raja Plasa jenar yang bernama Prabu Suwala.  Salah satu kakaknya bernama Gendari yang nanti menjadi istri Destoroto raja Ngestino (hastinapura). Di masa muda Haryo Suman adalah seorang satria yang ganteng.  Perilakunya juga sopan. Tutur katanya halus. Penampilannya embuat banyak orang senang dan percaya.  Namun sayangnya sifat sejatinya adalah licik dan culas, penuh tipu muslihat.
Ketika Gendari menjadi istri Destoroto maka Haryo Suman ikut ke Ngestino.   Sifatnya yang ambisius membuatnya selalu berpikir keras  mencari kesempatan untuk mendapat jabatan tinggi.  Sampai akhirnya dia melihat kesempatan emas.

Menjadi Patih Ngestino



Suatu hari ketika berangkat ke pasewakan ageng (sidang pleno) di depan istana Ngestino dia bertemu dengan Arimbo, anak Prabu Tremboko raja raksasa penguasa Pringgodani. Arimbo meminta ijin menghadap Pandu.  Suman menanyakan apa keperluannya.  Arimbo bilang mau menyampaikan surat dari Tremboko untuk Pandu. Suman lantas membuka surat itu.  Isinya Tremboko meminta maaf belum bisa sowan ke Ngestino ketika ada pasewakan ageng (sidang pleno) karena dia sedang menunggui istrinya yang melahirkan.  Suman lantas bilang ke Arimbo bahwa Pandu akhir akhir ini sedang pusing memikirkan masalah kenegaraan sehingga dia sensitif, suka marah marah. Daripada dimarahi lebih baik tidak usah bertemu.  Suman berjanji akan menyampaikan surat itu.  Arimbo percaya saja lalu pulang.
Ternyata Suman mengganti isi surat itu.  Suman memalsunya sehingga isinya mengatakan bahwa Tremboko sudah tidak mau datang lagi ke Ngestino dan kalau Pandu mau menjatuhkan sangsi maka dia siap melawan kapan saja.  Kemudian di sidang kabinet surat Tremboko itu dibacakan Suman dan dibahas.  Pandu sangat terkejut dan marah mendengarnya.  Tapi adik bungsunya Widuro yang menjadi penasehat raja memintanya lebih sabar dan bijaksana. Dia usulkan agar mengutus patih Gondomono datang ke Pringgodani untuk mengklarifikasi  dan memecahkan masalahnya.  Semula Suman menentang usulan itu tapi Pandu menerimanya. Dia putuskan esok harinya mengutus Gondomono untuk menuntaskan masalah dengan Tremboko.
Haryo Suman yang licik tidak kalah akal. Dia segera berangkat ke Pringgodani mendahului Gondomono.  Di sana dia menyampaikan kepada Tremboko bahwa Pandu marah kepadanya karena tidak hadir di sidang pleno dan sekarang mengirim pasukan di bawah pimpinan Gondomono untuk menangkapnya.  Tremboko tentu saja terkejut karena di suratnya dia sudah meminta maaf.  Tapi dia segera menyiagakan pasukannya di bawah pimpinan Arimbo si putra mahkota.  Pasukan Arimbo segera berangkat mengantisipasi serangan pasukan Ngestino.  Ketika sudah nampak Arimbo segeran menyerang.  Gondomono hanya membawa sedikit tentara karena tujuannya memang mencari perdamaian bukan menyerang Pringgodani.  Tapi karena mendadak diserang maka Gondomono dan pasukannya terpaksa melawan. Dalam keadaan tidak siap tempur tentu saja pasukan Ngestino kalah.  Suman membantu Arimbo memprovokasi Gondomono sehingga dia berhasil dijebak dan terjugkas ke sebuah sumur upas (lubang yang mengeluarkan gas beracun).
Ternyata Widuro sudah curiga dengan Suman.  Diam diam dia mengikuti Suman. Dia tidak melihat provokasinya kepada Tremboko tapi dia melihat ketika Gondomono dijebak ke sumur upas.  Setelah Suman dan Arimbo pergi maka Widuro menyelamatkannya dengan bantuan seorang pendeta. Gondomono masih hidup dan lantas pulang ke Ngestino. Sedangkan Widuro pergi ke rumah pendeta untuk menikah dengan anaknya karena dia memberi syarat demikian untuk menolong Gondomono.
Sementara itu Haryo Suman pulang ke Ngestino. Di sana dia melapor bahwa Tremboko memberontak.  Rombongan Ngestino dibantai dan Gondomono sudah tewas di tangan mereka.   Gendari dan Destoroto lalu mengusulkan agar Sengkuni diangkat menjadi patih menggantikan Gondomono.  Pandu setuju lalu Sengkuni diangkat menjadi patih Ngestino. 
Sedangkan Gondomono yang selamat akhirnya mengetahui akal licik Suman.  Setelah sampai di Ngestino dia langsung mencari Suman.  Di rumahnya dia menemukan istrinya sudah mati bunuh diri, maka kecurigaannya kepada Suman makin kuat.  Ketika bertemu dia langsung menyerang.  Kesaktian Gondomono ternyata jauh di atas Suman.  Emosinya yang meledak membuatnya tanpa ampun menghajar Suman sehingga Suman yang tak berdaya menjadi cacat.  Kakinya pincang, mulutnya sobek, punggungnya bongkok.
Amukan Gondomono dan jeritan minta tolong Suman menarik perhatian banyak orang.  Akhirnya suman diselamatkan banyak orang.  Gondomono langsung diadili oleh raja Pandu.  Raja sangat kecewa dengan tindakan main hakim sendiri. Pembelaan diri Gondomono sudah tidak diterima apalagi dengan pembelaan diri Suman yang mengatakan dirinya adalah korban penganiayaan.  Pandu lantas menjatuhkan sangsi.  Gondomono diusir dari Ngestino.  Dia tidak boleh lagi menginjakkan kakinya di seluruh wilayah Ngestino.  Kalau ketahuan maka akan langsung dihukum.  Dalam pertunjukan wayang kulit, adegan Gondomono pamit setelah diusir ini sangat mengharukan. Dia kehilangan jabatan, kehilangan istri dan nama baik.   Sejak itu Haryo Suman lebih sering disebut Sengkuni.
Nasib Tremboko sendiri tragis.  Dia yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan menjadi korban fitnah Sengkuni.  Atas tuduhan makar Tremboko dihukum mati, dibunuh oleh Pandu Dewonoto. Sementara pemerintahan dipegang oleh adik adiknya Brojomusti, Brojodento, dan Brojolamatan.  Di  kemudian hari anaknya Arimbo (Hidimba dalam Sangskrit) menggantikannya menjadi raja.   Adik Arimbo yang bernama Arimbi (Hidimbi dalam Sangskrit) akan menjadi istri Brotoseno dan memiliki anak Gatotkoco.       


Minyak Tolo



Setelah Pandu meninggal maka Destoroto naik tahta menjadi raja Ngestino.  Tidak lama setelah Pandu meninggal maka raja Destoroto berniat memberikan salah satu peninggalan Pandu kepada Pendowo dan Kurowo.  Peninggalan Pandu itu berupa minyak Tolo yang didapatkan dari dewa.  Konon kasiatnya minyak itu kalau dioleskan akan membuat seseorang menjadi sakti dan kebal segala macam senjata. Destoroto berniat menyebarkannya ke seluruh yang hadir tapi tangan Sengkuni menyenggolnya sehingga minyak itu tumpah semua.   Sengkuni segera membuka semua pakaiannya lalu berguling guling di lantai sehingga semua bagian tubuhnya terkena minyak sakti tersebut.  Sejak itulah Sengkuni jadi kebal senjata. Hanya ada satu bagian yang tidak terkena minyak.  Semar yang melihat itu paham dan nanti akan diungkapkan dalam perang Baroto yudo.

Pendowo dadu


Setelah Pendowo Limo dewasa maka dicapai kompromi yaitu mereka diberi wilayah yang masih hutan belukar.  Hutan Wonomarto namanya. Mereka bangun jadi negeri baru tapi ternyata konflik dengan Arimbo.  Akhirnya Arimbo mati di tangan Bimo dan Arimbi dinikahi.  Wilayah itu lalu menjadi negara Ngamarto yang dalam waktu singkat tumbuh pesat dan menjadi negri yang adil dan makmur.   Pertumbuhan Ngamarto tidak lepas dari amatan Sengkuni.  Dia lalu mendapat akal.  Suatu hari dia mengajak Kurowo bertandang ke Ngamarto.  Dia beralasan untuk mengakrabkan hubungan kedua negara.  Setelah berpesta pora makan enak Sengkuni mengajak bermain dadu.  Dia memang sangat lihai bermain judi termasuk dadu.  Dan salah satu kelemahan Judistiro kakak tertua Pendowo adalah suka main dadu juga.
Semalaman mereka bermain dadu saking lihanya Sengkuni memancing emosi Judistiro.  Sesekali diberinya kemenangan tapi keudian kalah lagi.  Demikian seterusnya sehingga Judistiro makin penasaran. Dia tidak mau berhenti.  Saat itulah Sengkuni memainkan jebakan utamanya.  Judistiro ditantang taruhan negara Ngamarto.  Kalau kalah maka Ngamarto akan jadi milik Kurowo.  Adik adiknya sudah mengingatkan tapi Judistiro yang sudah emosi tidak mau berhenti.  Tebakan terakhirnya ternyata salah maka terpaksa dia menyerahkan Ngamarto kepada Kurowo.  Kurowo yang menyaksikan kekalahan taruhan terakhir itu mejadi hialng kendali. Mereka bersorak sorak dan berteriak teriak di kraton Ngamarto.  Dan yang paling parah adalah tindakan Dursosono.  Dia adalah Kurowo nomor dua, adik Duryudono.  Dia mendatangi Drupadi, istri Judistiro (dalam Mahabarata asli dia istri bersama Pendowo Limo) lalu menarik pakaiannya. Dursosono berniat menelanjangi Drupadi.  Untunglah saat itu Drupadi dilindungi dewa. Pakaian Drupadi yang dibuka Dursosono tidak ada habisnya sampai akhirnya Dursosono jatuh terduduk karena kelelahan.  Meskipun demikian Drupadi menjadi dendam kepadanya. Dia bersumpah akan kramas dengan darah Dursosono. 
Akibat kekalahan itu Pendowo limo, Drupadi dan ibunya Dewi Kunti harus pergi dari Ngamarto selama duabelas tahun.  Apabila mereka ketahuan oleh Kurowo maka masa itu ditambah lagi duabelas tahun lagi.

Sengkuni Gugur


Di dalam perang Baroto yudo Sengkuni menjadi salah satu sasaran utama pihak Pendowo.  Sebenarnya  kesaktiannya tidak terlalu tinggi tapi dia memiliki senjata maut juga yaitu berupa krepus (topi) nya.  Kalau krepusnya dibanting maka akan terjadi hujan batu.  Senjata ini memakan banyak korban di kalangan tentara Pendowo.  Apalagi membunuh mendekati saja mereka sudah mati kejatuhan batu dari langit.  Kresno yang menjadi jendral pihak Pendowo pusing memikirkan masalah ini. Tapi dia lantas mendapat akal.  Dia menyuruh Bagong, salah satu Punokawan Pendowo untuk memata matai Sengkuni.  Bagong melaksanakan tugasnya dengan baik.  Dia mengikuti Sengkuni ke manapun dia pergi tanpa ketahuan.  Suatu saat ketika Sengkuni sedang mandi di pancuran krepusnya dicuri oleh Bagong.  Tanpa krepus saktinya Sengkuni tidak berbahaya lagi.
Setelah beberapa hari diburu akhirnya Brotoseno menemukan Sengkuni di Tegal Kurusetro, itulah nama medan perang Baroto yudo.  Keaktian keduanya tidka berimbang.  Mudah sekali bagi Brotoseno untuk menyerang Sengkuni.  Tapi Sengkuni ternyata kebal.  Semua serangan Brotoseno tidak ada yang mampu melukainya.  Untunglah Semar yang melihat perkelahian itu membisikkan kelemahan Sengkuni. Mau tahu kelemahannya di mana?

Ketika Sengkuni berguling di lantai untuk membasahi tubuhnya dengan minyak Tolo bagian duburnya tidak terkena minyak Tolo.  Itulah yang dibiskkan Semar kepada Bimoseno.  Dengan sigap Bimo menyerang dubur Sengkuni memakai kuku Ponconoko.  Sengkuni tewas mengenaskan.  Dia dikuliti lalu kulitnya diserahkan kepada Dewi Kunti, ibu Bimo karena dia pernah bersumpah untuk membuat pakaian dari kulit Sengkuni. 
Tamat
    




No comments:

Post a Comment