Nama
Sengkuni menjadi terkenal lagi akhir akhir ini lantaran beberapa kejadian
terkini di jagad politik Indonesia. Siapakah
sebenarnya Sengkuni? Berikut ini lakon
Banjaran (biografi) Sengkuni dalam versi Jowo yang sudah agak berbeda dengan
versi India. Selama ini banyak penulis
dan dalang yang menciptakan sendiri versinya.
Sila simak.
Di
masa mudanya namanya adalah Haryo Suman alias Raden Trigantalpati. Dia anak raja Plasa jenar yang bernama Prabu
Suwala. Salah satu kakaknya bernama
Gendari yang nanti menjadi istri Destoroto raja Ngestino (hastinapura). Di masa
muda Haryo Suman adalah seorang satria yang ganteng. Perilakunya juga sopan. Tutur katanya halus. Penampilannya
embuat banyak orang senang dan percaya. Namun
sayangnya sifat sejatinya adalah licik dan culas, penuh tipu muslihat.
Ketika
Gendari menjadi istri Destoroto maka Haryo Suman ikut ke Ngestino. Sifatnya yang ambisius membuatnya selalu
berpikir keras mencari kesempatan untuk
mendapat jabatan tinggi. Sampai akhirnya
dia melihat kesempatan emas.
Menjadi Patih Ngestino
Suatu
hari ketika berangkat ke pasewakan ageng (sidang pleno) di depan istana
Ngestino dia bertemu dengan Arimbo, anak Prabu Tremboko raja raksasa penguasa
Pringgodani. Arimbo meminta ijin menghadap Pandu. Suman menanyakan apa keperluannya. Arimbo bilang mau menyampaikan surat dari
Tremboko untuk Pandu. Suman lantas membuka surat itu. Isinya Tremboko meminta maaf belum bisa sowan
ke Ngestino ketika ada pasewakan ageng (sidang pleno) karena dia sedang
menunggui istrinya yang melahirkan. Suman
lantas bilang ke Arimbo bahwa Pandu akhir akhir ini sedang pusing memikirkan
masalah kenegaraan sehingga dia sensitif, suka marah marah. Daripada dimarahi
lebih baik tidak usah bertemu. Suman berjanji
akan menyampaikan surat itu. Arimbo percaya
saja lalu pulang.
Ternyata
Suman mengganti isi surat itu. Suman memalsunya
sehingga isinya mengatakan bahwa Tremboko sudah tidak mau datang lagi ke
Ngestino dan kalau Pandu mau menjatuhkan sangsi maka dia siap melawan kapan
saja. Kemudian di sidang kabinet surat
Tremboko itu dibacakan Suman dan dibahas.
Pandu sangat terkejut dan marah mendengarnya. Tapi adik bungsunya Widuro yang menjadi
penasehat raja memintanya lebih sabar dan bijaksana. Dia usulkan agar mengutus patih
Gondomono datang ke Pringgodani untuk mengklarifikasi dan memecahkan masalahnya. Semula Suman menentang usulan itu tapi Pandu
menerimanya. Dia putuskan esok harinya mengutus Gondomono untuk menuntaskan
masalah dengan Tremboko.
Haryo
Suman yang licik tidak kalah akal. Dia segera berangkat ke Pringgodani
mendahului Gondomono. Di sana dia
menyampaikan kepada Tremboko bahwa Pandu marah kepadanya karena tidak hadir di
sidang pleno dan sekarang mengirim pasukan di bawah pimpinan Gondomono untuk
menangkapnya. Tremboko tentu saja
terkejut karena di suratnya dia sudah meminta maaf. Tapi dia segera menyiagakan pasukannya di
bawah pimpinan Arimbo si putra mahkota. Pasukan
Arimbo segera berangkat mengantisipasi serangan pasukan Ngestino. Ketika sudah nampak Arimbo segeran
menyerang. Gondomono hanya membawa
sedikit tentara karena tujuannya memang mencari perdamaian bukan menyerang
Pringgodani. Tapi karena mendadak
diserang maka Gondomono dan pasukannya terpaksa melawan. Dalam keadaan tidak
siap tempur tentu saja pasukan Ngestino kalah.
Suman membantu Arimbo memprovokasi Gondomono sehingga dia berhasil
dijebak dan terjugkas ke sebuah sumur upas (lubang yang mengeluarkan gas
beracun).
Ternyata
Widuro sudah curiga dengan Suman. Diam diam
dia mengikuti Suman. Dia tidak melihat provokasinya kepada Tremboko tapi dia
melihat ketika Gondomono dijebak ke sumur upas.
Setelah Suman dan Arimbo pergi maka Widuro menyelamatkannya dengan
bantuan seorang pendeta. Gondomono masih hidup dan lantas pulang ke Ngestino. Sedangkan
Widuro pergi ke rumah pendeta untuk menikah dengan anaknya karena dia memberi
syarat demikian untuk menolong Gondomono.
Sementara
itu Haryo Suman pulang ke Ngestino. Di sana dia melapor bahwa Tremboko
memberontak. Rombongan Ngestino dibantai
dan Gondomono sudah tewas di tangan mereka.
Gendari dan Destoroto lalu mengusulkan agar Sengkuni diangkat menjadi
patih menggantikan Gondomono. Pandu setuju
lalu Sengkuni diangkat menjadi patih Ngestino.
Sedangkan
Gondomono yang selamat akhirnya mengetahui akal licik Suman. Setelah sampai di Ngestino dia langsung mencari
Suman. Di rumahnya dia menemukan
istrinya sudah mati bunuh diri, maka kecurigaannya kepada Suman makin
kuat. Ketika bertemu dia langsung
menyerang. Kesaktian Gondomono ternyata
jauh di atas Suman. Emosinya yang
meledak membuatnya tanpa ampun menghajar Suman sehingga Suman yang tak berdaya
menjadi cacat. Kakinya pincang, mulutnya
sobek, punggungnya bongkok.
Amukan
Gondomono dan jeritan minta tolong Suman menarik perhatian banyak orang. Akhirnya suman diselamatkan banyak
orang. Gondomono langsung diadili oleh
raja Pandu. Raja sangat kecewa dengan
tindakan main hakim sendiri. Pembelaan diri Gondomono sudah tidak diterima
apalagi dengan pembelaan diri Suman yang mengatakan dirinya adalah korban
penganiayaan. Pandu lantas menjatuhkan
sangsi. Gondomono diusir dari
Ngestino. Dia tidak boleh lagi
menginjakkan kakinya di seluruh wilayah Ngestino. Kalau ketahuan maka akan langsung
dihukum. Dalam pertunjukan wayang kulit,
adegan Gondomono pamit setelah diusir ini sangat mengharukan. Dia kehilangan
jabatan, kehilangan istri dan nama baik.
Sejak itu Haryo Suman lebih sering disebut Sengkuni.
Nasib
Tremboko sendiri tragis. Dia yang
sebenarnya tidak melakukan kesalahan menjadi korban fitnah Sengkuni. Atas tuduhan makar Tremboko dihukum mati,
dibunuh oleh Pandu Dewonoto. Sementara pemerintahan dipegang oleh adik adiknya
Brojomusti, Brojodento, dan Brojolamatan.
Di kemudian hari anaknya Arimbo
(Hidimba dalam Sangskrit) menggantikannya menjadi raja. Adik Arimbo
yang bernama Arimbi (Hidimbi dalam Sangskrit) akan menjadi istri Brotoseno dan
memiliki anak Gatotkoco.
Minyak Tolo
Setelah
Pandu meninggal maka Destoroto naik tahta menjadi raja Ngestino. Tidak lama setelah Pandu meninggal maka raja
Destoroto berniat memberikan salah satu peninggalan Pandu kepada Pendowo dan
Kurowo. Peninggalan Pandu itu berupa
minyak Tolo yang didapatkan dari dewa. Konon
kasiatnya minyak itu kalau dioleskan akan membuat seseorang menjadi sakti dan
kebal segala macam senjata. Destoroto berniat menyebarkannya ke seluruh yang
hadir tapi tangan Sengkuni menyenggolnya sehingga minyak itu tumpah semua. Sengkuni segera membuka semua pakaiannya lalu
berguling guling di lantai sehingga semua bagian tubuhnya terkena minyak sakti
tersebut. Sejak itulah Sengkuni jadi
kebal senjata. Hanya ada satu bagian yang tidak terkena minyak. Semar yang melihat itu paham dan nanti akan
diungkapkan dalam perang Baroto yudo.
Pendowo dadu
Setelah
Pendowo Limo dewasa maka dicapai kompromi yaitu mereka diberi wilayah yang
masih hutan belukar. Hutan Wonomarto
namanya. Mereka bangun jadi negeri baru tapi ternyata konflik dengan
Arimbo. Akhirnya Arimbo mati di tangan
Bimo dan Arimbi dinikahi. Wilayah itu
lalu menjadi negara Ngamarto yang dalam waktu singkat tumbuh pesat dan menjadi
negri yang adil dan makmur. Pertumbuhan
Ngamarto tidak lepas dari amatan Sengkuni.
Dia lalu mendapat akal. Suatu hari
dia mengajak Kurowo bertandang ke Ngamarto.
Dia beralasan untuk mengakrabkan hubungan kedua negara. Setelah berpesta pora makan enak Sengkuni
mengajak bermain dadu. Dia memang sangat
lihai bermain judi termasuk dadu. Dan salah
satu kelemahan Judistiro kakak tertua Pendowo adalah suka main dadu juga.
Semalaman
mereka bermain dadu saking lihanya Sengkuni memancing emosi Judistiro. Sesekali diberinya kemenangan tapi keudian
kalah lagi. Demikian seterusnya sehingga
Judistiro makin penasaran. Dia tidak mau berhenti. Saat itulah Sengkuni memainkan jebakan
utamanya. Judistiro ditantang taruhan
negara Ngamarto. Kalau kalah maka
Ngamarto akan jadi milik Kurowo. Adik adiknya
sudah mengingatkan tapi Judistiro yang sudah emosi tidak mau berhenti. Tebakan terakhirnya ternyata salah maka
terpaksa dia menyerahkan Ngamarto kepada Kurowo. Kurowo yang menyaksikan kekalahan taruhan terakhir
itu mejadi hialng kendali. Mereka bersorak sorak dan berteriak teriak di kraton
Ngamarto. Dan yang paling parah adalah
tindakan Dursosono. Dia adalah Kurowo
nomor dua, adik Duryudono. Dia mendatangi
Drupadi, istri Judistiro (dalam Mahabarata asli dia istri bersama Pendowo Limo)
lalu menarik pakaiannya. Dursosono berniat menelanjangi Drupadi. Untunglah saat itu Drupadi dilindungi dewa. Pakaian
Drupadi yang dibuka Dursosono tidak ada habisnya sampai akhirnya Dursosono
jatuh terduduk karena kelelahan. Meskipun
demikian Drupadi menjadi dendam kepadanya. Dia bersumpah akan kramas dengan
darah Dursosono.
Akibat
kekalahan itu Pendowo limo, Drupadi dan ibunya Dewi Kunti harus pergi dari
Ngamarto selama duabelas tahun. Apabila mereka
ketahuan oleh Kurowo maka masa itu ditambah lagi duabelas tahun lagi.
Sengkuni Gugur
Di
dalam perang Baroto yudo Sengkuni menjadi salah satu sasaran utama pihak Pendowo. Sebenarnya kesaktiannya tidak terlalu tinggi tapi dia
memiliki senjata maut juga yaitu berupa krepus (topi) nya. Kalau krepusnya dibanting maka akan terjadi
hujan batu. Senjata ini memakan banyak
korban di kalangan tentara Pendowo. Apalagi
membunuh mendekati saja mereka sudah mati kejatuhan batu dari langit. Kresno yang menjadi jendral pihak Pendowo pusing
memikirkan masalah ini. Tapi dia lantas mendapat akal. Dia menyuruh Bagong, salah satu Punokawan
Pendowo untuk memata matai Sengkuni. Bagong
melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia mengikuti
Sengkuni ke manapun dia pergi tanpa ketahuan.
Suatu saat ketika Sengkuni sedang mandi di pancuran krepusnya dicuri
oleh Bagong. Tanpa krepus saktinya
Sengkuni tidak berbahaya lagi.
Setelah
beberapa hari diburu akhirnya Brotoseno menemukan Sengkuni di Tegal Kurusetro, itulah
nama medan perang Baroto yudo. Keaktian keduanya
tidka berimbang. Mudah sekali bagi
Brotoseno untuk menyerang Sengkuni. Tapi
Sengkuni ternyata kebal. Semua serangan
Brotoseno tidak ada yang mampu melukainya.
Untunglah Semar yang melihat perkelahian itu membisikkan kelemahan
Sengkuni. Mau tahu kelemahannya di mana?
Ketika
Sengkuni berguling di lantai untuk membasahi tubuhnya dengan minyak Tolo bagian
duburnya tidak terkena minyak Tolo. Itulah
yang dibiskkan Semar kepada Bimoseno. Dengan
sigap Bimo menyerang dubur Sengkuni memakai kuku Ponconoko. Sengkuni tewas mengenaskan. Dia dikuliti lalu kulitnya diserahkan kepada
Dewi Kunti, ibu Bimo karena dia pernah bersumpah untuk membuat pakaian dari
kulit Sengkuni.
Tamat
No comments:
Post a Comment