Friday, November 24, 2017

Wanda

Wanda

Saya sedang menulis sebuah novel dengan setting Jawa masa lalu.  Selain menggambarkan situasi politik yang menjadi latar belakang cerita itu saya juga perlu menggambarkan karakter utama dan karakter pendamping.  Kemudian saya sampai pada sebuah adegan ketika seorang tokoh pemeran pembantu sedang melakukan kegiatan pengamatan di kubu lawan.   Saya ingin menampilkan sesuatu yang membuat kejutan dengan menggambarkan tokoh antagonis ini penampilannya halus, lembut dan sopan.
Nah di sinilah saya bertemu dengan frasa ‘ekspresi wajah’ ketika akan menggambarkan pemeran antagonis yang lembut tadi.  Frasa itu adalah kombinasi satu kata asing ‘ekspresi’ yang berasal dari bahasa Inggris ‘expression’ dan satu kata asli Indonesia yaitu ‘wajah’.  Dalam bahasa Inggris ada frasa ‘facial expression’ yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘ekspresi wajah’.
Memang tidak salah mengambil atau menyerap kata asing ke dalam bahasa Indonesia.  Mungkin kata asing ini sudah sangat dipahami orang Indonesia sehingga kita tidak usah repot mencari kata asli Indonesia untuk menggantikannya.  Tapi saya ingat dalam bahasa Jawa ada sebuah kata yaitu ‘wondo’ yang artinya sama dengan frasa dalam bahasa Inggris tadi. Jadi ‘wondo’ dalam bahasa Jawa sama artinya dengan ‘facial expression’ dalam bahasa Inggris.  Bahkan sebenarnya bukan hanya ekspresi wajah tapi ekspresi keseluruhan tubuh, alias bahasa tubuh. Dalam wayang kulit Jawa ada frasa ‘Wondo keprabon’ untuk menggambarkan seorang tokoh yang sedang memakai busana kebesaran seorang raja atau petinggi kerajaan yang sedang melakukan rapat di istana. Ada lagi kata ‘wondo kaprajuritan’ yang dipakai untuk melukiskan seorang tokoh yang memakai busana perang.  ‘Wondo asmoro’ dipakai melukiskan seorang tokoh yang sedang jatuh cinta, biasanya Arjuno yang memiliki banyak istri.    
Saya lalu mengecek secara online di situs  http://kbbi.co.id/arti-kata/wanda untuk mengetahui pemakaian kata ini dalam bahasa Indonesia. Inilah yang saya temukan di sana. Arti Kata "wanda" Menurut KBBI.   wan·da Jw n 1 ciri-ciri satuan wayang yg memberikan gambaran air muka dan watak: ada beberapa -- yg tampak pd wajah Baladewa; 2 suku kata.
Jadi jelas bahwa bahasa Indonesia menyerap kata ini dari bahasa Jawa kemudian ejaan dan ucapannya diubah.  Ucapannya menjadi a seperti dalam kata ‘saya’.  Artinya juga tidak jauh berbeda namun sayang kata ini jarang dipakai dalam bahasa tulis maupun lisan. 
Karena itu saya terdorong memakai kata ‘wanda’ sebagai padanan frasa ekspresi wajah namun saya memiliki sedikit keraguan.  Saya kuatir kata ini akan menimbulkan salah tafsir di kalangan pembaca.  Mungkin mereka akan mengira wanda ini nama orang tapi konteksnya tidak cocok sehingga menimbulkan kerancuan.  Meskipun demikian saya putuskan tetap memakai kata wanda sebagai padanan frasa ekspresi wajah.  Semoga upaya saya ini akan membuat pemakaian kata wanda akan mangkin meluas. 



 


Tuesday, November 14, 2017

Petruk dadi ratu

Petruk dadi ratu (Petruk jadi raja)

Kerinduan pada akar budaya sendiri mendorong saya pergi ke Museum Wayang di kota tua untuk menonton pertunjukan wayang kulit yang diselenggarakan setiap hari minggu pagi dari jam 10.00 sampai jam 14.00. Menonton pertunjukan wayang kulit memberikan kepuasan atas kerinduan tadi. Saya juga mendapatkan jeda dari kegiatan rutin setiap hari.  Menonton wayang kulit juga memberikan pilihan lain terhadap kegiatan pergi ke mall di akhir pekan.  Variasi kegiatan ini sungguh diperlukan untuk menyegarkan kembali kreativitas saya. 
Maka pada hari minggu 12 November 2017 kemarin saya pergi ke museum wayang di kota tua Batavia.  Ketika saya membeli tiket masuk petugas pejualan tiket yang saya tanyai memberitahu bahwa cerita yang akan dimainkan berjudul ‘Petruk dadi ratu’.  Meskipun demikian ketika saya perhatikan sesudah di dalam ternyata ceritanya bukan itu.  Dalam beberapa kalimat saja saya tahu bahwa ceritanya adalah ‘Gatotkaca Lahir  atau ‘Jabang Tetuka’.  Yang kedua ini adalah nama yang diberikan kepada anak pertama Bimoseno dari istrinya yang bernama Arimbi.  Ternyata hari itu ada dua orang dalang yang tampil.  Cerita Gatotkaca dimainkan oleh seorang dalang pemula yang baru diberi kesempatan tampil.  Cerita ini menarik juga tapi saya ingin fokus pada cerita kedua yang dimainkan oleh seorang dalang yang lebih senior.
Adegan pembukaan adalah Petruk yang sedang berlari cepat lalu menabrak seorang pendeta raksasa yang ternyata bapak kandungnya sendiri. Terjadi percakapan singkat.  Petruk lantas dibantu menyembunyikan diri dari kejaran dua pihak yang sedang bertikai.  Malam itu ada seorang wanita sakti bernama Mustokoweni mencuri pusaka kerajaan Ngamarto bernama Jimat Kalimosodo.  Seorang satria bernama Priambodo mengetahuinya lalu mengejar Mustokoweni bersama Petruk yang bekerja di sana sebagai punakawan (pembantu).  Terjadi pekelahian seru antara keduanya.  Priambodo berhasil merebut Jimat Kalimosodo lalu diberikan kepada Petruk untuk diselamatkan. Priambodo lantas melanjutkan perkelahian dengan Mustokoweni. Petruk lari ke suatu tempat dan tidak segera mengembalikan jimat Kalimosodo itu ke istana Ngamarto.  Jimat Kalimosodo itu membuat Petruk menjadi sakti mandraguna tanpa tandingan.
Adegan kedua di istana kerajaan Rancangkencono.  Saat itu sedang ada rapat kabinet dipimpin sang raja yaitu Prabu Joyo sentiko didampingi patih Kumandang Garbo.  Mereka tengah membahas ambisi raja menaklukkan kahyangan para dewa.  Mendadak rapat terhenti karena ada Petruk datang. Prajurit di luar tidak mampu menghadang kehendaknya masuk ke dalam istana.  Semuanya terkejut.
Petruk berbicara dalam bahasa ngoko kepada raja Joyo sentiko. Bahasa ini adalah ragam bahasa Jawa yang dipakai di antara orang yang setara misalnya antara teman akrab, saudara kandung dll.  Tentu saja raja marah karena tamunya tidak memakai tata krama.  Raja semangkin marah ketika Petruk menasehati agar seorang raja selalu memegang teguh agama, selalu adil dan melayani rakyatnya dan selalu terbuka terhadap opini dan kritik orang lain.
Pembicaraan keduanya menjadi panas sehingga raja tidak bisa mengatasi amarahnya lalu menyerang Petruk.  Ternyata dia bukan tandingan Petruk.  Dengan mudah  Petruk melumpuhkannya  sehingga Joyo sentiko terpaksa menyerahkan tahtanya kepada Petruk.  Maka Petruk menjadi raja di Rancang kencono dengan gelar Prabu Bel geduwel beh.
Setelah menjadi raja Petruk melakukan persiapan matang lalu menyerang kerajaan Ngestina (Hastinapura).  Lagi lagi kesaktiannya terbukti. Dengan mudah dia mengalahkan pasukan Ngestina.  Semua komandan dan petinggi ditahan.  Bahkan akhirnya raja Ngestina yaitu Suyudono alias Duryudono juga ditahan di rutan.  Hanya Patih Sengkuni yang berhasil lolos.
Sengkuni yang licik lalu lari menyelamatkan diri ke Ngamarto.  Sebenarnya dia akan minta tolong dan perlindungan kepada Pendowo Limo di Ngamarto.  Namun dengan lihai dia mengatakan bahwa Prabu Bel geduwel beh yang sudah menguasai Ngestina dan bahkan memenjarakan Suyudono dan kurowo adalah ancaman serius bagi Ngamarto.  Cepat atau lambat dia pasti akan menyerang Ngamarto.
Bimoseno yang tenperamental terprovokasi oleh Sengkuni sehingga dia seketika langsung berangkat akan menyerang Prabu Bel geduwel beh.  Setelah bertemu ternyata Prabu Bel geduwel beh menyatakan bahwa dia tidak ingin menyerang Ngamarto. Dia hanya ingin menyelamatkan Ngestino dari raja yang zalim.  Bimo lalu mundur  mendengar pernyataan itu.
Adegan berikutnya adalah rapat kabinet di Ngamarto. Sidang kabinet kali ini dihadiri Prabu Kresno yang merupakan penasehat raja dan sekaligus kakak sepupu Pendowo Limo. Sang prabu Kresno menyarankan agar mengutus Semar, Bagong dan Gareng. Semar adalah bapak angkat Petruk sedangkan Bagong dan Gareng adalah saudara angkatnya.  Mereka berangkat menemui Prabu Bel geduwel beh.  Awalnya sang raja berpura pura tidak mengenali mereka.  Namun mereka mengajak bernyanyi dan bercanda seperti kebiasaan mereka selama ini.  Tidak lama kemudian Prabu Bel geduwel beh berubah ujud, kembali menjadi Petruk.
Kalau kita menonton wayang dengan ekspektasi seperti menonton film Hollywood maka saya jamin anda pasti akan kecewa.   Alur ceritanya sangat datar.  Tidak ada kejutan. Tidak ada konflik seru.  Tidak ada alur berliku. Tidak ada misteri.  Tidak ada jalinan asmara.  Lalu apa yang ditawarkan oleh cerita ini?
Lakon ‘Petruk dadi ratu’  adalah lakon carangan, artinya dia adalah karya penulis Indonesia. Dia bukan bagian dari cerita asli Mahabarata meskipun  setting dan karakternya memang dari cerita Mahabarata.  Tokoh utamanya yang bernama Petruk adalah ciptaan penulis atau dalang Indonesia. Sayang sekali si penulis tidak mengungkapkan jati dirinya dengan jelas dalam sebuah kitab. Namun dari bahasanya diperkirakan lakon ini diciptakan di abad 19 di Yogyakarta.  Keberadaan tokoh Bagong menguatkan dugaan bahwa dia disusun di Yogyakarta karena konon Bagong tidak dikenal di Surakarta sebelum pemerintahan Sunan PB X.
Banyak orang meyakini kalau cerita ini adalah satire tentang seorang pemimpin yang tidak kompeten sehingga dia menyebabkan kekacauan dengan policynya yang konyol.  Dalam cerita itu memang Petruk menjadi sakti karena memegang Jimat Kalimosodo, bukan karena faktor yang ada dalam dirinya. Jadi mungkin maksudnya tidak ada kompetensi yang ada di dalam dirinya.  Melihat fisik Petruk yang tinggi dan berhidung mancung mengingatkan saya pada penguasa Nusantara di abad 19 yaitu Belanda.  Barangkali penulis mengecam penguasa saat itu yang menyebabkan kekacauan dan penderitaan rakyat.  Maklum saat itu penguasanya penjajah, bukan pemimpin.  Pemimpin adalah penguasa yang memajukan rakyatnya, bekerja untuk rakyatnya. Sedangkan penjajah menguasai untuk mengeruk kekayaan negri demi kepentingan kliknya sendiri. Pihak yang dianggap akan mengganggu kepentingannya pasti akan disikat.
Namun ada juga tafsir lain yang menganggap Petruk di sini mewakili sosok pemimpin ideal yang berasal dari rakyat dan bekerja untuk rakyat dengan menyerang penguasa zalim di Rancang kencono dan Ngestina.  Setelah angkara murka disirnakan dia kembali menjadi rakyat biasa menyatu lagi dengan rakyat. Jadi menurut tafsir ini kisah ini adalah ungkapan kerinduan penulis kepada sosok pemimpin ideal yang akan membersihkan negri dari penguasa korup dan tidak adil.
Kalau melihat tanggapan masyarakat dengan munculnya berbagai tafsir dan masih maraknya pementasan lakon ini maka bisa dikatakan lakon ini berhasil paling tidak dalam memancing bermacam reaksi.  Di museum Fatahillah bahkan ada sebuah lukisan dengan tema Petruk dadi ratu ini. Apapun tafsir orang maka hal itu sah sah saja karena memang karya sastra terbuka untuk banyak tafsir.  Silahkan saja membuat tafsiran sendiri. Siapa tahu tafsiran anda akan membuka pemikiran baru atau tanggapan baru yang memicu pemahaman baru atau bahkan tindakan baru lagi. 



Wednesday, October 25, 2017

Character building untuk UMKM.

Character building untuk umkm

Selain pengalaman berbelanja bakpia di pasar Beringharjo dan toko di Malioboro kemarin saya juga sering mendapat cerita miring tentang umkm di Yogyakarta.  Cerita terbaru saya dapatkan dari pengemudi taksi yang saya naiki dari Magelang ke Yogyakarta hari Minggu kemarin.  Dalam perjalanan Magelang – Yogya dia banyak bercerita tentang Yogya meskipun saya katakan bahwa saya bukan orang asing di Yogya karena pernah kuliah dan bekerja di Yogya dan bahkan sampai sekarang saya masih sering berkunjung ke sana.  Dia wanti wanti agar saya hati hati kalau naik becak di Malioboro.  Katanya di sana banyak tukang becak yang menawarkan tarip sangat murah cuma lima ribu rupiah untuk mengantar berbelanja, tapi nanti kalau tidak belanja atau tidak banyak belanjanya tukang becak itu akan menagih lima puluh ribu rupiah. 
Cerita keduanya adalah tentang pedagang makanan lesehan di Malioboro. Katanya belum lama ini ada orang yang makan di sana lalu ditagih puluhan ribu rupiah, jauh di atas harga normalnya. Orang itu lalu memposting di medsos sehingga jadi heboh.  Untunglah sekarang pihak yang berwenang sudah mengambil tindakan. Sekarang semua pedagang makanan diwajibkan menuliskan harga di tempat yang jelas terlihat dan mentaatinya. Lebih jauh pengemudi taksi ini menyarankan saya untuk menanyakan dulu harga makanan yang aka dipesan. Kalau nanti dimark up dia sarankan saya melaporkan ke dinas pariwisata agar diambil tindakan.
Malamnya saya makan mi Jawa di alun alun utara.  Selesai makan saya mau jalan jalan ke Malioboro.  Saya mencoba menawar becak. Saya katakan saya akan ke sebuah hotel di Malioboro. Si tukang becak meminta harga empatpuluh ribu rupiah.  Harga yang sangat tinggi untuk jarak yang sangat dekat.  Jalan kakipun belum lelah dari alun alun utara ke Malioboro.  Saking mendongkolnya saya tidak menjawab dan langsung melangkah pergi.
Pengalaman saya dan cerita itu sudah saya dengar sejak saya kuliah di dasawarsa delapan puluhan.  Kalau benar cerita itu masih terjadi, artinya ada masalah besar pada mentalitas umkm kita.  Saya memakai kata ‘kita’ karena saya yakin mentalitas buruk itu tidak hanya ada di Malioboro tapi di banyak tempat di Indonesia. Saya jadi ingat buku Prof Kuncaraningrat tentang mentalitas (dulu beliau menulisnya masih mentalitet) orang Indonesia. Kata beliau orang Indonesia memiliki mentalitas jalan pintas.  Maunya untung tapi tidak mau kerja kerasnya.  Dalam bahasa Jawa ada ungkapan ‘Gelem nangkane ora gelem pulute’ yang artinya mau nangkanya (buah nangka) tapi tidak mau getahnya.  Jadi artinya mau enaknya tapi tidka mau kerja kerasnya.
Cerita itu menunjukkan mentalitas itu masih ada. Waktu serasa berhenti, tidak membawa perubahan dalam mentalitas.  Menurut nabi Muhammad itulah orang yang merugi, yaitu orang yang tidak mangkin membaik bersama berlalunya waktu.
 Karena itu saya menghimbau beberapa pihak agar segera ambil tindakan. Salah satunya adalah dengan membangun karakter (character building).  Karakter seperti apa yang dibutuhkan agar mereka mampu mengantisipasi perkembangan jaman?  Jawaban seriusnya biarlah dirumuskan para winasis , para pakar. Namun paling tidak ada beberapa kualitas yang harus dimiliki. Pertama mereka harus melihat pembeli adalah pelanggan potensial, bukan mangsa.  Pembeli yang dilayani dengan baik, tidak ditipu, sehingga dia puas maka ada kemungkinan akan membeli lagi alias  menjadi pelanggan. Dan bahkan ada kemungkinan dia akan mengabarkan kepada teman temannya dan keluarganya. Dengan kata lain dia akan memberi hadiah iklan gratis. Dengan demikian basis pelanggan akan meluas. Keduanya harus jujur, jangan menipu pembeli atau konsumen.  Ketiganya harus menyadari bahwa keuntungan atau laba atau penghasilan adalah hasil sebuah proses yang benar dan baik.  Fokuskan saja upaya pada membaikkan proses maka hasil baikpun insya Allah akan datang.  Keempat kesadaran sosial, maksud saya agar mereka memahami bahwa perbuatan mereka memiliki dampak sosial. Dampak pada lingkungan sosial mereka, kepada teman teman mereka.  Kalau ada seorang tukang becak berbuat culas, curang maka akibatnya semua tukang becak akan dicurigai oleh konsumennya. Akibat lebih jauh lagi konsumen memilih ojek online yang ada kepastian harga. Sebaliknya kalau ada yang bekerja baik maka akan berddampak baik pada seluruh lingkungan.  Seorang pelanggan yang puas akan merekomendasikan becak atau lesehan yang lain juga.
Pertanyaannya tindakan apa yang harus dilakukan dan siapa yang akan melakukan?  Pertama kali yang terbayang di pikiran saya adalah program training berkesinambungan yang dipadukan dengan pengajian.  Jadi pelaksananya mungkin dkm atau ormas atau lsm keagamaan yang bekerjasama dengan dinas pariwisata atau instansi lain.
Bentuknya mungkin semacam ceramah motivasi untuk menanamkan nilai nilai positif di atas tadi.  Perlunya pendekatan keagamaan adalah untuk menanamkan kesadaran bahwa bekerja baik adalah ibadah. Bekerja adalah untuk Allah jadi tidak boleh dilakukan dengan cara tidak jujur, menipu pelanggan atau memeras pelanggan. 
Masyarakat Yogya masih kental dipengaruhi oleh budaya Jawa. Masyarakatnya masih bersifat paternalistik dan feodalis. Karena itu sangat penting melibatkan tokoh lokal. Tokoh terkuat adalah Sri Sultan sendiri.  Jadi training itu idealnya paling tidak dibuka oleh beliau.  Dawuhnya masih sangat didengarkan oleh rakyat Yogya. Training itu mengutamakan pembinaan mental di tahap awal barulah di tahap berikut bisa ditambahi pembinana kerampilan teknis.  Karena pembinaan mental bukan perkara sepele maka sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan, berjangka panjang.  Paling tidak selama lima tahun masa kerja pemerintahan daerah.  Syukur periode selanjutnya diperpanjang lagi menjadi training abadi. Pesertanya diundang terus selama itu dan dipantau secara berkala perkembangannya.
Tulisan ini memang masih lebih layak disebut impian daripada program kerja yang sudah bisa dilaksanakan.  Namun bukankah semua capaian diawali dari impian ?  Jika mimpi saja tidak pernah, bagaimana mungkin kita mencapai cita cita?  Marilah satukan tekad, satukan langkah untuk membantu umkm.  Semoga ada pihak yang tersentuh dan bergerak.
Yogyakarta, 26 Oktober 2017


Air susu dibalas dengan air tuba.

Air susu dibalas dengan air tuba
Beberapa hari ini saya tinggal di Yogyakarta di sebuah hotel di Jalan Malioboro.  Hari ini ada waktu luang yang bisa saya manfaatkan untuk menulis maka saya memfokuskan pikiran pada buku saya, sebuah buku motivasi. 
Saya makan agak banyak ketika sarapan pagi di hotel tadi jadi sampai tengah hari saya masih kenyang. Apalagi tadi saya membawa beberapa potong roti dari restauran hotel yang saya makan di sela sela kegiatan menulis.
Saking asyiknya waktu terasa berlalu sangat cepat. Tiba tiba saya mendengar suara adhan dhuhur.  Segera saya hentikan kegiatan menulis.  Selesai solat dhuhur saya berbaring sejenak sambil membaca ratusan wa dari beberapa group.  Beberapa postingan dari group sma yang baru saja dua hari lalu reuni  membuat haru.  Beberapa postingan membuat tertawa sendirian di kamar hotel. Dan salah satu postingan itu memaparkan kekompakan suatu kaum tertentu yang saling mendukung dan menganjurkan kita untuk saling mendukung sesama kaum kita seperti yang mereka lakukan.
Mendadak timbul gagasan unik di pikiran saya.  Karena masih kenyang saya ingin membeli camilan saja.  Di sepanjang jalan Malioboro ini banyak sekali pedagang camilan.  Saya lantas ingin mencoba membandingkan pengalaman saya membeli camilan di pedagang kecil dengan membeli di toko.  Saya jalan kaki ke arah selatan.  Niat saya ingin mencari camilan di pasar Bering harjo dan di sebuah toko.  Camilan itu harus khas Yogyakarta.  Sambil berjalan saya melihat banyak sekali pedagang menjual bermacam kerajinan dan camilan.  Lantas saya putuskan untuk membeli bakpia.
Gerbang Pasar Beringharjo tidak terlalu ramai siang ini. Hanya ada beberapa tukang becak dan pembeli sehingga mudah bagi saya memotret gerbangnya yang bercat hijau dan kuning.  Tidak jauh dari gerbang saya menemukan sedikit pedagang camilan di ujung lantai satu.  Beberapa pedagang hanya menatap dingin, tidak ada upaya menyapa atau menawarkan dagangannya.  Saya melangkah makin jauh kemudian ada dua orang pedagang yang menyapa dan menawarkan dagangannya.  Saya katakan saya ingin membeli bakpia. Dia lantas mengambil beberapa jenis.  Ada yang isinya kacang hijau, ada yang isinya keju dan ada yang isinya campuran.  Harganya sama, limabelas ribu rupiah.  Kemudian saya pilih yang isinya keju.  Lalu saya bayar dengan uang duapuluh ribuan. Si pedagang bertanya yang lima ribu untuk beli apa. Saya jawab saya pingin kembalian uang saja.  Raut mukanya seketika berubah.  Nampak sekali dia kesal dengan saya.  Dengan ogah ogahan dia mencari uang lima ribuan dan diberikan kepada saya tanpa mengucapkan terima kasih bahkan tanpa menatap saya.  Ketika saya mengucapkan terima kasih dia hanya menjawab ya, dengan dingin.  Terasa tidak ada jiwanya samasekali kata katanya.
Kemudian saya berjalan ke luar pasar.  Di jalan Malioboro saya temukan sebuah toko bernama ‘Djoen’ yang menjual bermacam roti dan camilan. Ketika masuk seorang pelayan langsung menyambut dengan sapaan.  Saya katakan saya mencari bakpia.  Dengan cekatan dia menunjukkan barang tersebut.  Ada tiga macam.  Ada yang isinya kacang kumbu, ada yang isinya ketela biru dan ada yang isinya kacang hijau. Harganya sama semua – duapuluh lima ribu rupiah.  Saya membeli satu dengan uang lima puluh ribuan.  Sambil memberikan kembalian si pelayan mengucapkan terima kasih.
Pedagang pasar tadi adalah anggota kaum saya. Jadi saya tentu saya merasa ada semacam solidaritas sesama kaum. Apalagi setelah membaca postingan teman tadi. Namun sayang sekali rasa solidaritas saya itu tidak mendapatkan balasan yang sepadan.  Saya malah dipaksa mengeluarkan uang lebih dari yang saya kehendaki. Karena saya tidak mau dia lantas bermuka masam.  Saya merasa sudah memberikan air susu tapi dibalas dengan air tuba. 
Pengalaman sebaliknya saya dapatkan di toko roti.  Si pelayan memang dari kaum saya, tapi saya yakin bossnya, yang mengawasi sebagai kasir, bukan.    Meskipun harganya lebih mahal sepuluh ribu rupiah, kepuasan berbelanja saya temukan di toko itu. Sedangkan di pasar saya temukan kekecewaan.
Jadi memang ada pebedaan besar sekali antara dua kaum ini.  Pedagang pasar itu memiliki kelemahan pokok dalam sikap mentalnya.  Dia tidak memiliki sikap melayani pembeli. Dia memiliki mentalitas macan yang melihat pembeli seperti mangsa, bukan pelanggan yang harus dilayani biar kembali lagi.  Dengan pengalaman tidak enak seperti itu, bagaimana mungkin saya mau membeli lagi dari dia?
Ketrampilan teknis berdagang saya yakin hanya urutan nomor dua setelah mentalitas melayani ini.  Ketrampilan bisa dipelajari asal mau belajar. Tapi siapa yang bisa membentuk mentalitas yang baik?   Inilah pekerjaan besar bangsa ini. tapi siapa yang mau dan mampu mengatasi? 
Saya hanya memotret salah satu masalah bangsa kita.  Saya bukan pakar, bukan pemimpin yang memiliki solusi. Saya hanya berharap potret buram ini agak mengelitik beberapa pihak untuk membantu mengatasi mentalitas buruk pedagang kecil.  Kalau mentalitas sudah baik, saya yakin ketrampilan teknis berdagang akan berkembang bersama tantangan dan pengalaman yang akan mereka lewati. Sebaliknya jika mentalitas tetap buruk maka saya kuatir mereka akan dilibas oleh kejamnya persaingan di era revolusi indusri keempat saat ini.
Sebenarnya saya berharap pendekatan keagamaan mampu memberi kontribusi syukur mampu mengatasi hal ini. Sudah saatnya kegiatan pengajian diarahkan lebih spesifik memberdayakan kaum umkm.  Saya yakin mental yang baik bisa dibentuk oleh kegiatan keagamaan, demikian juga ketrampilan teknis berdagang.  Di masa lalu sudah pernah ada Sarikat Dagang Islam. Semoga di masa kini dan masa depan ada lagi organisasi yang peduli.

   

Tuesday, March 14, 2017

Kiat membaca buku dengan gratis.


We live in a changing world.   Kita tinggal di dunia yang sedang berubah.  Dulu perubahan itu lambat, mangkin lama perubahan itu mangkin cepat.  Perubahan besar pertama ketika manusia menemukan tata cara bertani.  Maka terjadi revolusi pertanian.  Perubahan besar ketiga ketika muncul revolusi industri. Kemudian menyusul perubahan pesat lagi ketika teknologi IT maju pesat.  Bahkan kini  ada wacana tentang revolusi industri keempat.

Demikian juga di dunia perbukuan atau kepenulisan.  Di jaman kuno terjadi perubahan besar ketika manusia menemukan cara menulis.  Di berbagai belahan bumi muncul aksara untuk menuliskan gagasan.  Orang Mesopotamia, Mesir kuno, Cina kuno, India, menemukan caranya masing masing. Nenek moyang kita di Nusantara juga tidak kalah kreatif.  Kita memiliki banyak sekali huruf di berbagai pulau yang masih dipelihara oleh sebagian masyarakat kita. Namun nenek moyang masih menulis di media yang terbatas.  Di Jawa mereka menulis dengan tangan di batu, perunggu, kulit binatang, dan kertas tebal yang disebut dluwang dalam bahasa Jawa.

Barulah pada tahun 1439 Johannes Gutenberg dari Jerman menemukan mesin cetak pertama.  Maka buku bisa diproduksi dalam jumlah massal.  Sejak itu berkembang industri percetakan dan penerbitan buku, koran, majalah dll.  Seiring majunya iptek dan finek di negara maju industri perbukuan juga maju sangat pesat.  Berbagai macam genre baik fiksi maupun non fiksi berkembang. Sekarang ini muncul wacana revolusi industri keempat.  Dunia perbukuan juga menyaksikan kehadiran sebuah fenomena baru yang belum pernah ada sebelumnya yaitu ebook atau electronic book. Kita sudah pernah membahas tentang ebook di artikel sebelumnya.  Saat ini ada perkembangan yang sangat menarik di dunia ebook ini.  Apakah perubahan itu?  Apanya yang menarik?

Perubahan pertama pada bentuknya.  Dulu bentuk pdf adalah yang paling populer.  Bentuk ini menjadi standard baku dunia penerbitan.  Belakangan muncul lagi bentuk mobi dan epub yang dengan cepat meraih popularitas.   Perubahan kedua yang sangat menarik adalah cara bisnisnya.  Kalau dulu orang membeli ebook dengan cara mengunduhnya misalnya dari situs Amazon.com maka sekarang muncul situs baru di mana pembaca bisa membaca dengan gratis.  Bener Gratisan?  Sila kunjungi dan lihat contohnya di :

dan juga :


Situs tersebut di atas unik karena menawarkan cara bisnis yang beda dengan yang sudah ada.  Anda bisa membaca buku tersebut dengan gratis, tis, tidak perlu membayar sesenpun.  Anda tidak bisa mengunduhnya tapi tidak masalah saya kira, karena setiap saat anda bisa membaca di situs itu lagi. 

Anda bahkan bisa merekomendasikan buku tertentu kepada keluarga, kawan kawan anda, atau murid murid anda. Jadi kalaua anda sedang berada di bus atau kereta atau sedang menunggu jangan buang waktu anda dengan sia sia. Pakai saja buat membaca dari situ tersebut di atas.  Anda mungkin penasaran ingin tahu dari mana mereka mendapat uang kalau bukunya digratiskan?  Bukankah lazimnya orang berbisnia mencari keuntungan dengan menjual?  Memang benar berbisnis tujuannnya mencari untung.  Karena itu di sana ada iklan. Dari situlah penghasilan situs itu.  Selain itu ada juga keanggotaan berbayar. Dengan membayar sejumlah tertentu anda memiliki hak membaca dan memiliki beberapa kelebihan lain. 

Adakah buku berbahasa Indonesia di sana?  Ada, kedua link itu merujuk ke buku berbahasa Indonesia.  Anda seorang penulis?  Inilah kesempatan baru   buat anda.  Tunggu artikel saya selanjutnya untuk membahas hal ini. Sila coba.
Silahkan rekomendasikan kepada relasi anda karena hal ini masih baru dan sangat bermanfaat buat banyak orang. 

 





  




Thursday, March 9, 2017

Mengantisipasi perkembangan mutakhir ebook.

Mengantisipasi perkembangan mutakhir ebook Apakah ebook? Hari gini teryata masih ada juga pertanyaan seperti ini. Ironisnya pertanyaan ini saya dapatkan bukan di tengah rimba raya atau di gunung tinggi tapi di ibu kota negara dan di jagad maya. Electronic book alias buku elektronik hanya tersedia di gawai alias gadget. Tidak ada wujud fisiknya. Meskipun ia bisa juga dicetak menjadi buku biasa. Saat ini ada dua macam bentuk ebook yang lagi digemari di jagad maya yaitu bentuk mobi seperti yang dijual di situs Amazon dan bentuk epub seperti yang dijual di toko buku maya yang lain. Kedua bentuk ini bersaing ketat merebut simpati pembaca.


 Apakah kelebihan ebook? Ada beberapa. Pertama dia menang praktis. Kita tidak perlu repot repot keluar rumah apalagi menembus kemacetan kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Kita bisa membelinya di situs toko buku maya seperti Amazon dll. Sambil tiduran pun kita bisa membeli dari dalam kamar tidur. Setelah membayar maka dia seketika bisa anda unduh dan langsung anda baca. Anda hemat waktu, biaya dan tenaga banyak. Harga ebook rata rata lebih murah daripada harga buku biasa. Biaya produksi dan distribusi sangat murah, jauh lebih murah daripada biaya produksi dan distribusi buku fisik. Kemudian ebook dalam bentuk mobi dan epub bisa anda atur bentuk huruf, ukuran huruf, warna halaman dan lain lain.

 Selain itu anda juga bisa dengan mudah memilih bab berapa atau halaman berapa yang akan anda baca dulu dari daftar isi di depan. Bayangkan kalau anda pergi ke kampus atau ke tempat kerja dengan membawa banyak buku, berapa buah yang mampu anda bawa? Dengan ebook anda mudah saja membawa 30 buah buku sekaligus bahkan lebih karena ebook tidak ada bobotnya. Anda membawa banyak ebook atau 1 buah ebook sama saja. Anda hanya menanggung bobot gawai anda. Kalau anda pecinta lingkungan hidup yang bercita cita melindungi tanaman maka ebook ini cocok buat anda. Tidak ada satu batang pohonpun yang ditebang untuk menghasilkan ebook karena ia tidak memakai satu lembar kertaspun. Selain semua kepraktisan itu, anda juga akan tampak sebagai orang modern. Seperti saya singgung di atas tadi, belum semua orang paham dengan ebook, jadi kalau anda membaca ebook maka anda akan menjadi salah seorang pelopor. Anda akan menjadi salah seorang yang terdepan.



Bagaimana kalau gawai anda hilang atau rusak? Apakah ebook anda akan ikut musnah juga? Tergantung di mana anda menyimpannya. Jika anda menyimpan di cloud maka dia akan aman. Pangsa pasar ebook global Di pasar global terutama di Amerika Serikat kemajuan yang dialami oleh ebook sangat luar biasa. Bahkan Price waterhouse meramalkan bahwa di tahun 2018 penjualan ebook akan melebihi penjualan buku biasa. Diramalkan akan ada penjualan senilai $8,2 juta. Angka yang sangta fantastis.

 Bagaimana dengan Indonesia? Nampaknya pasar buku di Indonesia ke depannya memiliki trend yang mirip. Penjualan ebook memang masih kalah dibandingkan buku biasa. Meskipun demikian angkanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun demikian saya sepakat dengan pendapat yang mengatakan bahwa ebook tidak akan menggantikan buku biasa. Ebook akan menjadi suplemen bagi buku biasa. Jadi keduanya akan berjalan seiring. Keduanya akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

 Bagaimana mengantisipasi perkembangan mutakhir. Beberapa penerbit Indonesia sudah mulai menerbitkan ebook. Bahkan koran dan majalah sekarang juga tidak mau kalah. Mereka menerbitkan versi elektroniknya untuk mendampingi versi cetaknya.


 Bagaimana dengan penulis? Apa yang harus dilakukan? Penulis Indonesia sebaiknya jangan ketinggalan dengan penulis asing. Di dunia internasional sudah banyak penulis yang bekerjasama dengan penerbit buku elektronik. Salah satu contoh ebook adalah di link Amazon berikut ini :

https://www.amazon.com/Indonesian-Stories-Hurip-Budi-Riyanti-ebook/dp/B01GRDW5X8/ref=asap_bc?ie=UTF8



 Buku ini ditulis dlam bahasa Inggris dan dirancang untuk menjangkau pasar internasional. Dia tersedia di situs Amazon.com dan juga Amazon internasional jadi bisa diakses dari seluruh dunia.


Selain itu ada dua judul buku saya yang juga tersedia di toko buku online berikut ini. Judulnya ‘Perebutan Wahyu Cakraningrat’ dan ‘Islam in English’ klik saja link di bawah ini.

 Link untuk ‘Perebutan Wahyu Cakraningrat’ :
Link Apple :
 https://itunes.apple.com/us/book/id1213296524 Link Scribd: 

https://www.scribd.com/book/340989014/Perburuan-Wahyu-Cakraningrat Link Kobo: 

https://www.kobo.com/ww/en/ebook/perburuan-wahyu-cakraningrat Link Page Foundry : 

http://www.inktera.com/store/title/7407eccb-80fc-4335-aa13-fddb3df92283 Link untuk buku ‘Islam in English’ : Link Scribd : https://www.scribd.com/book/340995569/Islam-in-English Link Kobo : 

https://www.kobo.com/ww/en/ebook/islam-in-english link Apple : 

https://itunes.apple.com/us/book/id1212131467 Link Page Foundry : 

http://www.inktera.com/store/title/074f8391-3ac1-4a09-b59d-6796df3eda38


 Selain menerbitkan di penerbit maya di manca negara, kita bisa juga mengambil keuntungan dengan menjadi afliasi mereka. Ini bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya oleh penulis. Caranya sangat mudah. Klik link berikut ini lalu ikuti panduannya.

 Afiliasi Kobo:

 https://www.kobo.com/affiliates?style=onestore&store=ID&language=en-US&culture=en-US 

Afiliasi Scribd :

 http://www.viglink.com/merchants/86143/scribd.com-affiliate-program Selamat mencoba dan berinovasi.

Wednesday, March 1, 2017

Cerita Panji

Cerita Panji Inilah satu satunya wiracerita yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari Jatim. Beda dengan Mahabarata dan Ramayana yang datang dari India. Kekhasannya ini membuat cerita Panji layak menjadi ikon sastra Indonesia terutama sastra Jawa klasik. Cerita Panji ini ditulis di kertas tebal yang dalam bahasa Jawa disebut dluwang. Diperkirakan muncul pertama kali di abad ketiga belas, cerita ini terus bermunculan sampai abad ke sembilabelas. Maka banyak sekali varian cerita ini. Cerita ini ada yang hanya berupa gambar saja, tanpa naskah. Lukisannya mirip dengan bentuk wayang kulit. Gayanya mirip hanya saja tidak dilukis di atas kulit, dan tidak dipahat. Kertas tebal itu lantas digulung. Ketika akan dipertunjukkan di publik gulungan ini dibuka atau dalam bahasa Jawanya dibeber. Itulah sebabnya ia disebut wayang beber.
Mungkin karena peran kerajaan Majapahit di kancah internasional di Asia Tenggara di masa lalu besar maka cerita ini tersebar di Nusantara dan bahkan Asia Tenggara. Di Bali ada cerita Panji Malat. Di Palembang ada cerita Panji Angreni. Di Malaysia ada cerita Panji. Di Thailand dan Khmer ada cerita Inao. Nama Inao diperkirkan berasal dari nama Panji Inu Kertapati, inilah nama lengkap Panji. Di Jawa saja ada sekitar 40 cerita Panji yang ditulis oleh banyak penulis. Sayangnya penulis masa lalu suka lupa menuliskan nama mereka. Jadi sebagian besar penulisnya tak dikenal. Di candi Penataran di Jawa Timur ada relief di dinding candi dengan cerita Panji ini. Candi ini mudah dijangkau dari kota Blitar sehingga wisatawan asing maupun domestik sering mengunjunginya. Sebagai pramuwisata saya kadang mendapat tugas membawa rombongan wisman ke candi tersebut. Kegiatan inilah salah satu hal yang menginspirasi saya untuk menulis sebuah novel dengan tokoh Panji. Gagasan awal ini terus berkembang. Saya lantas melakukan riset tentang cerita ini. Banyak buku dan artikel saya baca. Banyak orang saya tanyai tentang cerita ini. Kemudian saya memutuskan menulis sebuah novel dengan tokoh utamanya Panji Inu Kertapati dan tokoh antagonisnya bernama Klana Sabrang. Isinya sangat seru, penuh dengan intrik politik. Tunggu saja saat terbitnya.

Monday, February 27, 2017

Melawan raksasa tak kasat mata

Pikiranku seringkali mengembara ke mana mana. Pengembaraan pertama adalah dengan membaca. Aku baca banyak jenis buku, artikel dan sebagainya. Meskipun sebagian besar bacaanku terpusat pada masalah sosial politik, sastra, agama, pariwisata, sejarah, dan (auto) biografi. Dengan membaca pikiranku mengembara dari satu topik ke topik lainnya, dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Sumber bacaanku kebanyakan berbahasa Inggris tapi aku kadang juga membaca dalam bahasa Prancis selain bahasa Indonesia tentunya. Anehnya aku jarang sekali membaca bacaan yang berbahasa Jawa, bahasa ibuku sendiri.

 Belum lama berselang aku membaca dalam bahasa ibuku ini ketika sedang meriset cerita Panji untuk novelku dengan tema itu, dan aku cukup pusing membaca bahasa nenek moyangku. Bahasa Jawa memang sudah bergeser jauh sejak republik Indonesia berdiri. Pengembaraan kedua adalah dengan menulis. Aku mengembara dari satu topik ke topik lain. Aku sudah menulis buku tentang bahasa Inggris, pariwisata, cerita rakyat Indonesia, dan novel dengan latar belakang budaya Jawa. Aku juga terbiasa menulis artikel dengan topik beragam.


 Sesungguhnya ada banyak artikelku yang tidak diterbitkan di manapun, tidak juga di blogku. Alasannya karena memang artikel itu tidak untuk konsumsi publik. Tidak ada rahasia apapun di dalamnya, tapi manfaatnya buat publik juga aku rasa tidak ada. Itu saja alasannya. Manfaatnya adalah buat aku sendiri. Aku sering mempraktekkan berbagai teknik yang diajarkan para pakar untuk membangkitkan gagasan menulis. Mind mapping sungguh membantu aku, meskipun aku membuat beberapa kesalahan dalam mind mapping. Free writing juga sangat bermanfaat bagiku. Kali ini timbul gagasanku untuk menulis sebuah buku yang aku tidak yakin masuk ke bidang apa, mungkin spiritualitas. Fakta bahwa aku tidak kuliah di bidang itu bukan alasan penghambat. Bukankah penulis memang wajib mengembara, mengeksplorasi gagasannya?



 Aku ingin menulis tentang bagaimana caranya mengalahkan raksasa maya yang seringkali membelanggu manusia sehingga manusia yang kalah menjadi manusia kerdil yang tidak membawa manfaat bagi masyarakat bahkan bisa menjadi benalu bagi masyarakat. Judulnya bisa berbagai macam. Pilihan pertama ,’Mengalahkan raksasa maya’ Atau ‘Melawan raksasa tak kasat mata’ atau yang lainnya. Intinya buku ini menunjukkan kepada pembaca bahwa manusia memiliki musuh yang tidak kelihatan yang bisa mengalahkan dia dan membuat jalan hidupnya kesasar.

 Musuh ini tidak kelihatan karena menyatu dengan manusia. Dia berada di dalam dada manusia. Kemudian buku ini memberi panduan cara cara yang bisa dilakukan manusia untuk mengalahkan raksasa maya ini. Kalau cara itu dilakukan dengan baik , maka manusia akan mampu melihat raksasa maya itu karena matanya akan menjadi tiga. Mata raga, mata nalar dan mata hati. Setelah melihatnya, manusia akan mampu melawan dan mengalahkan raksasa itu. Tapi tidak membunuhnya, sebab kalau dia mati maka manusianya akan ikut mati.

 Kalau manusia mampu mengalahkan musuh maya itu maka dia akan menjadi lebih besar, lebih kuat daripada musuhnya yang aka menjadi kerdil dan bisa dikuasai dan dimanfaatkan. Buku ini bisa berbentuk novel dan bisa juga non fiksi. Mungkin akan lebih seru kalau dalam bentuk novel. Ada dua tokoh utama yang saling berhadapan sebagai sanepa diri kita sendiri melawan musuh yang ada dalam diri. Settingnya bisa bermacam macam. Bisa di kota bisa di desa. Tapi aku lebih akrab dengan kota daripada desa. Buku non fiksi aku suka juga tapi bahasanya lebih garing, tidak ada drama, adanya argumentasi. Adanya paparan langkah ini langkah itu yang harus diambil. Atau mungkin kombinasi keduanya. Mengapa tidak?